Golongan Manusia yang Ditakuti Setan, Seperti Apa?

Allah SWT mengizinkan para setan untuk menggoda dan menyesatkan manusia hingga akhir zaman. Namun, ada beberapa golongan manusia yang ditakuti oleh setan sehingga mereka tidak diganggu. Berikut ini adalah golongan-golongan tersebut.

Sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al-Hijr ayat 39, Iblis berkata bahwa ia akan menyesatkan seluruh manusia, sehingga mereka melihat kesesatan sebagai sesuatu yang menyenangkan:

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ 

Artinya: “Ia (Iblis) berkata, ‘Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkan aku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua.'”

Setan akan menggoda manusia dari segala arah, seperti yang disebutkan dalam Surah Al-A’raf ayat 17:

ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

Artinya: “Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

Baca Juga:

Penyebab Sempitnya Rezeki

Golongan Manusia yang Ditakuti Setan

Berikut ini adalah empat golongan manusia yang ditakuti oleh setan:

1. Orang yang Memohon Perlindungan kepada Allah SWT  

   Sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al-Isra ayat 56:

   قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ فَلَا يَمْلِكُوْنَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيْلًا ٥٦

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Serulah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Dia. Mereka tidak akan mampu menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengalihkannya.'”

2. Selalu Bertaubat dan Beristighfar  

Bertobat dan kembali kepada Allah SWT adalah amalan yang dapat menyelamatkan umat Islam dari godaan setan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-A’raf ayat 201:

   اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ ٢٠١

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).”

Baca Juga:

Keutamaan Membaca Asmaul Husna

3. Selalu Bergabung dengan Jamaah Muslim  

Salah satu cara untuk melindungi diri dari bisikan setan adalah dengan berada di tengah-tengah komunitas Muslim. Rasulullah SAW bersabda:

   مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ يَحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الْإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ

Artinya: “Barangsiapa yang menginginkan kesenangan surga di antara kalian, hendaklah dia senantiasa bergabung dengan jamaah Muslimin karena setan itu berada di dekat orang yang sendiri dan akan tersingkir dari dua orang atau lebih.” (HR Tirmidzi).

4. Orang yang Senantiasa Dekat dengan Kitabullah dan Sunnah  

Memiliki komitmen terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam membaca dan mengamalkannya, dapat menjauhkan umat Islam dari godaan setan.

Sumber:

Manusia

Apa saja Manfaat Salat Dhuha?

Salat Dhuha adalah salah satu salat sunnah yang dilakukan di pagi hari setelah matahari terbit hingga menjelang waktu salat Zuhur. Bagi banyak orang, melaksanakan salat Dhuha menjadi rutinitas harian yang tidak hanya memperkaya spiritualitas, tetapi juga memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan sehari-hari. 

Berikut adalah beberapa manfaat salat Dhuha yang dapat dirasakan oleh umat Muslim:

 1. Mendekatkan Diri kepada Allah

Salat Dhuha merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan salat sunnah ini, seorang Muslim menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Salat Dhuha juga menjadi sarana untuk memperbanyak amal ibadah, sehingga meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan.

 2. Mendapatkan Pahala dan Keberkahan

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa salat Dhuha memiliki banyak keutamaan dan pahala yang besar. Dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa bagi siapa saja yang rutin melaksanakan salat Dhuha, Allah akan mencatatnya sebagai salah satu hamba yang taat dan Allah akan mencukupi kebutuhannya. Hadis riwayat Abu Hurairah RA menyatakan: 

“Kekasihku (Rasulullah) berwasiat kepadaku tiga hal: puasa tiga hari setiap bulan, salat Dhuha dua rakaat, dan salat Witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga:

Hukuman bagi Orang yang Suka Menunda Salat

 3. Melancarkan Rezeki

Salat Dhuha sering kali dikaitkan dengan kelancaran rezeki. Banyak yang percaya bahwa dengan melaksanakan salat ini secara rutin, pintu rezeki akan terbuka lebih lebar. Ini bukan berarti bahwa salat Dhuha akan langsung memberikan rezeki secara materi, tetapi lebih kepada rezeki yang bersifat keberkahan, ketenangan hati, dan kemudahan dalam urusan sehari-hari.

 4. Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik

Salah satu manfaat dari salat, termasuk salat Dhuha, adalah menenangkan pikiran dan jiwa. Dengan melaksanakan salat Dhuha, seseorang dapat memulai hari dengan penuh ketenangan dan kedamaian. Gerakan-gerakan dalam salat, seperti rukuk dan sujud, juga membantu meregangkan otot-otot tubuh dan memperlancar peredaran darah, yang baik untuk kesehatan fisik.

 5. Menjadi Penghapus Dosa

Salat Dhuha juga berfungsi sebagai sarana penghapus dosa. Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang berwudu dan memperbagus wudunya, kemudian melaksanakan salat dua rakaat atau empat rakaat (Dhuha), Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”

6. Meningkatkan Konsentrasi dan Produktivitas

Mengawali hari dengan ibadah seperti salat Dhuha dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus seseorang dalam menjalani aktivitas harian. Salat ini memberikan waktu sejenak untuk merenung dan menenangkan pikiran, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas dalam bekerja atau belajar.

Sumber:

Dhuha

Apa Maksudnya Puasa Nazar dalam Islam?

Puasa nazar adalah salah satu ibadah sunnah dalam Islam yang dilakukan untuk menepati janji kepada Allah SWT. Janji tersebut biasanya diucapkan ketika seseorang sedang mengalami kesulitan atau menginginkan sesuatu, dan berjanji akan melakukan puasa jika hajatnya terkabul. 

Makna Puasa Nazar

  • Menunjukkan rasa syukur kepada Allah SWT. Ketika hajat terkabul, puasa nazar menjadi wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
  • Meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan menepati janji, seseorang menunjukkan komitmennya untuk mentaati perintah Allah SWT.
  • Melatih diri untuk disiplin dan menahan diri. Puasa nazar melatih seseorang untuk disiplin dalam menjalankan ibadah dan menahan diri dari hawa nafsu.

Tata Cara Puasa Nazar

1.Melafalkan Niat

Niat puasa nazar diucapkan pada malam hari sebelum memulai puasa. Berikut lafal niatnya:

Nawaitu shauma nnadhr lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat puasa nazar karena Allah SWT.”

2. Menjalankan Puasa Seperti Biasa

Puasa nazar dijalankan seperti puasa Ramadhan, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

3. Mengerjakan Puasa Sesuai dengan Nazar

Lama puasa nazar tergantung pada nazar yang diucapkan. Bisa sehari, beberapa hari, atau bahkan berbulan-bulan.

Keutamaan Puasa Nazar

  • Mendapatkan pahala yang besar. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang bernazar untuk berpuasa, maka wajib baginya untuk memenuhinya.” (HR Bukhari dan Muslim)
  • Menghilangkan dosa. Puasa nazar dapat menjadi salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kecil.
  • Mempermudah terkabulnya hajat. Ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa puasa nazar dapat mempermudah terkabulnya hajat.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Puasa Nazar

  • Nazar tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam. Nazar yang bertentangan dengan syariat Islam tidak boleh ditepati.
  • Nazar tidak boleh mengandung riya’ atau sumpah. Nazar yang mengandung riya’ atau sumpah tidak boleh ditepati.
  • Orang yang bernazar tidak boleh menyiksa diri sendiri, seperti berpuasa terlalu lama atau melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

Bagaimana Proses Pencucian Ka’bah?

Ka’bah, bangunan suci yang menjadi kiblat umat Islam di seluruh dunia, memiliki makna yang sangat mendalam dalam agama Islam. Selain sebagai pusat ibadah, Ka’bah juga dijaga kebersihannya melalui proses pencucian yang dilakukan secara rutin. 

Proses pencucian ini bukan hanya kegiatan fisik, tetapi juga simbolik yang mencerminkan kesucian dan penghormatan terhadap rumah Allah. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pencucian Ka’bah dan makna di baliknya.

1. Persiapan Sebelum Pencucian

a. Penutupan Ka’bah

Sebelum pencucian dimulai, area di sekitar Ka’bah biasanya ditutup untuk umum. Hanya orang-orang tertentu yang diizinkan untuk ikut serta dalam proses ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga kekhusyukan dan kesakralan proses pencucian.

b. Pengumpulan Perlengkapan

Perlengkapan yang diperlukan untuk mencuci Ka’bah seperti air zamzam, air mawar, kain putih bersih, dan bahan pembersih lainnya dikumpulkan dan disiapkan.

Baca Juga:

Keutamaan Salat Berjamaah

2. Proses Pencucian

a. Pembukaan Pintu Ka’bah

Proses pencucian dimulai dengan membuka pintu Ka’bah. Pintu ini terletak beberapa meter di atas tanah dan hanya dapat dibuka dengan menggunakan tangga khusus. Pembukaan pintu dilakukan oleh petugas yang memiliki tugas khusus untuk itu.

b. Pembersihan Bagian Dalam

Setelah pintu Ka’bah dibuka, bagian dalamnya dibersihkan terlebih dahulu. Lantai, dinding, dan area dalam Ka’bah disapu dan dilap dengan kain bersih yang telah dibasahi air zamzam dan air mawar. Proses ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan rasa hormat.

c. Pembersihan Bagian Luar

Bagian luar Ka’bah juga dibersihkan dengan cara yang serupa. Kain putih bersih digunakan untuk mengelap dinding luar Ka’bah. Air zamzam dan air mawar juga digunakan untuk membersihkan bagian luar ini.

3. Penutupan Proses Pencucian

a. Penggantian Kiswah

Setelah pencucian selesai, Kiswa (kain penutup Ka’bah) yang baru dipasang. Kiswa ini diganti setiap tahun pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu saat umat Muslim melaksanakan ibadah haji. Penggantian Kiswa merupakan bagian penting dari proses pemeliharaan Ka’bah.

b. Doa dan Dzikir

Proses pencucian biasanya diakhiri dengan doa dan dzikir yang dipanjatkan oleh mereka yang terlibat dalam proses ini. Doa ini bertujuan untuk memohon berkah dan perlindungan dari Allah SWT.

Sumber Referensi:

Ka’bah

Sedekah Al-Qur’an: Setiap Ayat Jadi Syafaat 

Sahabat Muslim, pernahkah kamu terpikirkan tentang amalan yang pahalanya terus mengalir meski kita sudah tiada? Salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah sedekah. Namun, tahukah Sahabat Muslim, bahwa ada jenis sedekah yang sangat istimewa dan pahalanya begitu besar? Yaitu sedekah Al-Qur’an.

Sedekah Al-Qur’an adalah tindakan mulia dengan menyumbangkan mushaf Al-Qur’an kepada mereka yang membutuhkan atau juga menyumbangkan dalam bentuk uang, yang nantinya akan dibelikan Al-Qur’an. Amalan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima, tetapi juga mengalirkan pahala yang berlimpah bagi pemberi.

Keutamaan Sedekah Al-Qur’an

  • Pahala yang Terus Mengalir: Setiap kali Al-Qur’an atau uang yang kita sisihkan, dibaca, dipelajari, atau diamalkan, kita akan mendapatkan pahala yang terus mengalir.
  • Meningkatkan Keimanan: Dengan bersedekah Al-Qur’an, kita turut serta dalam menyebarkan Kalamullah dan meningkatkan keimanan umat.
  • Menjadi Bagian dari Dakwah: Sedekah Al-Qur’an adalah bentuk dakwah yang sangat efektif. Kita ikut berperan dalam mengajak orang lain untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an.
  • Amalan Jariyah: Sedekah Al-Qur’an termasuk dalam kategori amalan jariyah, yaitu amal kebaikan yang pahalanya terus mengalir meskipun pelakunya sudah meninggal dunia.

Manfaat Penerima Sedekah Al-Qur’an

  • Mendapatkan Ilmu Agama

Mereka yang menerima sedekah Al-Qur’an akan memiliki kesempatan untuk mempelajari dan mengamalkan isi Al-Qur’an.

  • Meningkatkan Kualitas Hidup

Dengan mempelajari Al-Qur’an, seseorang akan mendapatkan petunjuk hidup yang baik dan berkualitas.

  • Menjadi Generasi Qur’ani

Sedekah Al-Qur’an turut serta dalam mencetak generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.

Sedekah Al-Qur’an adalah amalan yang sangat mulia dan memiliki banyak manfaat. Dengan bersedekah Al-Qur’an, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT. ArahMuslim menghadirkan Program Sedekah Al-Qur’an yang bekerja sama dengan lembaga terpercaya & insyaAllah amanah, yakni Asar Humanity. 

Mari kita bersama-sama menyebarkan kebaikan dengan cara yang sederhana namun berdampak besar. Download ArahMuslim melalui Google Play Store atau Apple Store untuk memulai kebaikan.

Bagaimana Cara Memperlakukan Istri dalam Islam?

Islam sangat menekankan pentingnya hubungan yang harmonis dalam keluarga, khususnya antara suami dan istri. Perlakuan yang baik terhadap istri merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berikut adalah beberapa cara memperlakukan istri sesuai ajaran Islam.

Panduan dari Al-Qur’an

Al-Qur’an memberikan panduan yang sangat jelas mengenai cara memperlakukan istri dengan baik. Beberapa ayat yang relevan antara lain:

  • QS. an-Nisa’ ayat 19: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” Ayat ini menginstruksikan suami untuk bergaul dengan istri dengan cara yang baik, penuh kasih sayang, dan hormat.
  • QS. ar-Rum ayat 21: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Ayat ini menjelaskan bahwa pernikahan adalah rahmat dari Allah dan suami istri seharusnya saling mencintai dan menyayangi.

Baca Juga:

Mendidik Anak dalam Islam

  • QS. an-Nisa’ ayat 34: “Laki-laki itu adalah pemimpin perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu perempuan yang saleh ialah yang patuh (kepada suaminya) dan memelihara apa yang Allah perintahkan kepadanya untuk memeliharanya, perempuan yang jika suaminya tidak ada, dia menjaga dirinya dan harta suaminya dengan cara yang Allah telah perintahkan.” Ayat ini menjelaskan kepemimpinan suami dalam rumah tangga, namun kepemimpinan ini harus dijalankan dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Panduan dari Sunnah Rasulullah SAW

Rasulullah SAW memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana seorang suami harus memperlakukan istrinya. Beberapa hadis yang relevan antara lain:

  • Hadis tentang menjaga lisan: Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. at-Tirmidzi)
  • Rasulullah SAW menganjurkan suami untuk memberikan hadiah kepada istrinya, meskipun hanya berupa ranting pohon kurma.
  • Rasulullah SAW menganjurkan suami untuk meminta izin kepada istrinya sebelum bepergian atau membawa tamu ke rumah.

Contoh Perilaku Suami yang Baik

  • Menghormati: Suami yang baik selalu menghormati pendapat dan perasaan istrinya.
  • Menyayangi: Suami yang baik selalu menyayangi istrinya dan memberikan perhatian yang cukup.
  • Sabar: Suami yang baik selalu sabar menghadapi kekurangan istrinya.
  • Membantu pekerjaan rumah tangga: Suami yang baik tidak ragu untuk membantu pekerjaan rumah tangga.
  • Berkomunikasi dengan baik: Suami yang baik selalu berkomunikasi dengan baik dengan istrinya.

Baca Juga:

Keistimewaan Wanita Hamil

Manfaat Memperlakukan Istri dengan Baik

  • Rumah tangga bahagia: Perlakuan yang baik terhadap istri akan menciptakan suasana rumah tangga yang bahagia dan harmonis.
  • Dapat ridha Allah: Memperlakukan istri dengan baik adalah bentuk ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
  • Anak-anak menjadi lebih baik: Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang harmonis cenderung memiliki akhlak yang baik.

Sumber Referensi:

Memperlakukan Istri

Keistimewaan Sosok Ayah dalam Islam

Dalam agama Islam, sosok ayah memiliki peran yang sangat penting dan dihormati sebagai pilar utama dalam keluarga. Ayah bukan hanya sebagai figur otoritatif, tetapi juga sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan teladan bagi anak-anaknya. Ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pemimpin. Mari kita bahas lebih dalam mengenai keistimewaan sosok ayah dalam pandangan Islam.

1. Perlindungan Keluarga

Ayah dalam Islam dipandang sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab atas perlindungan, penghidupan, dan keamanan keluarga. Sebagai pemimpin, ayah memiliki tanggung jawab untuk mengambil keputusan yang bijaksana & memberikan arahan serta bimbingan bagi seluruh anggota keluarga.

2. Ayah sebagai Pendidik Utama

Selain menjadi pemimpin, ayah juga berperan sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya. Dalam surat Luqman, Allah SWT memberikan contoh teladan seorang ayah yang berpesan kepada anaknya agar selalu mengingat Allah. Pendidikan yang diberikan oleh ayah tidak hanya sebatas ilmu agama, tetapi juga akhlak mulia, etika, dan keterampilan hidup.

3. Pendidikan dan Pembinaan Moral

Ayah memiliki peran krusial dalam mengajarkan nilai-nilai agama, moral, dan etika kepada anak-anaknya. Dalam Islam, ayah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa anak-anaknya tumbuh dan berkembang sesuai dengan ajaran agama dan memperoleh pendidikan yang baik secara islami.

4. Ayah sebagai Sahabat

Hubungan antara ayah dan anak idealnya adalah sebagai sahabat. Ayah yang baik adalah sosok yang bisa diajak berbagi, tempat berkeluh kesah, dan menjadi teman bermain. Dengan menjadi sahabat bagi anak-anaknya, ayah akan lebih mudah membangun kedekatan dan kepercayaan.

Sosok ayah bukan hanya sebagai pemimpin keluarga yang berwibawa, tetapi juga sebagai pendidik, teladan moral, dan pemberi kasih sayang yang penting dalam pembentukan karakter anak-anak. Keberadaannya menjadi pondasi yang kokoh bagi keharmonisan dan kesuksesan spiritual keluarga Muslim. 

Dengan menjadi ayah yang baik, kita tidak hanya akan membahagiakan keluarga, tetapi juga akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Pentingnya Menjalankan Wira’i Bagi Umat Muslim

Wira’i adalah salah satu sifat terpuji yang dianjurkan dalam Islam. Kata wira’i berasal dari bahasa Arab yang berarti takut atau menghindar. Dalam konteks agama, wira’i berarti takut kepada Allah dan senantiasa berusaha menjauhi segala sesuatu yang dilarang-Nya. Sikap wira’i ini menjadi benteng bagi seorang muslim untuk menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

Pentingnya Wira’i dalam Kehidupan Muslim

Wira’i memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Beberapa alasan mengapa wira’i sangat dianjurkan, antara lain:

  • Menjaga keimanan: Sikap wira’i akan memperkuat keimanan seseorang. Dengan senantiasa takut kepada Allah, seorang muslim akan terdorong untuk selalu beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
  • Mencegah perbuatan dosa: Wira’i akan membuat seseorang selalu berhati-hati dalam bertindak. Ia akan menghindari segala sesuatu yang dapat menjerumuskannya ke dalam perbuatan dosa.
  • Mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat: Orang yang berwira’i akan mendapatkan ketenangan hati dan kebahagiaan dunia. Selain itu, ia juga akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah dan meraih surga-Nya.

Baca Juga:

Keutamaan Memiliki Sifat Jujur

Implementasi Wira’i dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk mengimplementasikan sikap wira’i dalam kehidupan sehari-hari, seorang muslim dapat melakukan beberapa hal berikut:

  • Meningkatkan ketakwaan: Dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, seseorang akan merasa selalu diawasi oleh-Nya sehingga akan terdorong untuk selalu berbuat baik.
  • Mempelajari ilmu agama: Dengan mempelajari ilmu agama, seseorang akan mengetahui apa saja yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah.
  • Bergaul dengan orang-orang saleh: Bergaul dengan orang-orang saleh akan memberikan pengaruh positif dan motivasi untuk terus memperbaiki diri.
  • Berdoa dan beristighfar: Berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk selalu berbuat baik dan beristighfar atas segala dosa yang telah dilakukan.

Contoh Sikap Wira’i

Beberapa contoh sikap wira’i dalam kehidupan sehari-hari adalah:

  • Menjaga pandangan: Menghindari melihat hal-hal yang haram seperti aurat orang lain.
  • Menjaga lisan: Menghindari berkata bohong, ghibah, dan kata-kata kotor.
  • Menjaga anggota badan: Menghindari perbuatan zina, mencuri, dan minum minuman keras.
  • Menjaga hati: Menghindari perasaan dengki, iri hati, dan sombong.

Mendidik Anak Menurut Islam: Pelajaran dari Kasus Kekerasan di Depok

Kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh pemilik daycare di Depok, telah menjadi perhatian serius bagi kita semua. Sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang dan pengertian, sebagaimana yang diajarkan dalam ajaran Islam yang mulia. 

Artikel ini akan membahas panduan Islam tentang perlakuan terhadap anak, serta pentingnya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Kasih Sayang & Pengasuhan

Panduan utama dalam Islam adalah memberikan kasih sayang kepada anak-anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada anak-anak kita, maka bukan termasuk golongan kita.” (HR. Ahmad)

Dalam kasus daycare, penting bagi pengasuh untuk memperlakukan anak dengan lembut dan penuh perhatian, seperti layaknya mereka merawat anak sendiri.

2. Larangan Kekerasan

Islam secara tegas melarang kekerasan terhadap siapapun, apalagi terhadap anak-anak yang rentan dan masih dalam tahap perkembangan. Allah SWT. berfirman dalam Al-Quran, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kelembutan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil.'” (QS. Al-Israa: 24)

3. Pendidikan dan Pembinaan

Pendidikan dalam Islam bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang moral dan akhlak yang baik. Anak-anak perlu dibina dengan penuh perhatian agar tumbuh menjadi generasi yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengingatkan kita untuk memberi pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam hadisnya yang terkenal.

4. Pengawasan dan Perlindungan

Orang tua dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk bahaya, termasuk kekerasan fisik dan mental. Ini termasuk memilih tempat perawatan yang aman dan pengasuh yang berkualitas.

Kasus kekerasan terhadap anak di Depok adalah peringatan bagi kita semua untuk lebih memahami dan menerapkan panduan Islam dalam memperlakukan anak-anak. Dengan memberikan kasih sayang, melarang kekerasan, memberikan pendidikan dan perlindungan yang baik, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk tumbuh kembang dengan baik.

Mari kita bersama-sama menjaga dan melindungi anak-anak, sebagai amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita sebagai orang tua dan anggota masyarakat. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan generasi masa depan yang tangguh, berakhlak mulia, dan menjadi kebanggaan bagi agama dan bangsa.

Apa itu Proses Khitbah?

Khitbah atau lamaran adalah tahap awal dalam proses pernikahan dalam Islam. Ini merupakan momen sakral di mana kedua belah pihak keluarga secara resmi menyatakan niat untuk melangsungkan pernikahan. Proses khitbah memiliki aturan dan tata cara yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Simak artikel ini untuk penjelasan lebih lengkapnya!

Pengertian Khitbah

Khitbah adalah perjanjian antara dua calon mempelai yang disaksikan oleh wali dan dua orang saksi. Perjanjian ini menandai dimulainya hubungan yang serius menuju pernikahan. Dalam Islam, khitbah dianjurkan karena dapat memperkuat ikatan antara kedua keluarga dan memberikan waktu bagi calon mempelai untuk saling mengenal lebih dekat.

Hukum Khitbah dalam Islam

Khitbah hukumnya sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan. Hal ini didasarkan pada beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan untuk melakukan khitbah sebelum menikah. Beberapa hadis yang berkaitan dengan khitbah, antara lain:

“Jika salah seorang di antara kalian meminang seorang wanita, maka hendaklah ia melihatnya terlebih dahulu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan pentingnya saling mengenal sebelum memutuskan untuk menikah. Dengan melihat langsung, calon mempelai dapat mengetahui sifat, karakter, dan kesesuaian satu sama lain.

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda kebaikan seorang wanita adalah jika ia dinikahi karena agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menekankan pentingnya memilih pasangan hidup berdasarkan keimanan dan akhlak yang baik. Agama menjadi faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih calon pasangan.

“Pernikahan itu sunnahku, maka barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa pernikahan merupakan sunnah Rasulullah SAW. Dengan demikian, khitbah sebagai langkah awal menuju pernikahan juga merupakan hal yang dianjurkan.

Syarat Sah Khitbah

Agar khitbah dianggap sah, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:

  • Adanya calon mempelai pria dan wanita yang baligh dan berakal sehat.
  • Adanya wali yang menikahkan dari pihak perempuan.
  • Adanya dua orang saksi yang adil.
  • Terdapat ijab dan kabul yang sah.
  • Tidak adanya halangan yang menghalangi pernikahan, seperti masih dalam masa iddah atau adanya hubungan mahram.

Tata Cara Khitbah

Tata cara khitbah secara umum meliputi:

1. Taaruf: Proses saling mengenal antara calon mempelai dan keluarga masing-masing.

2. Lamaran: Pihak laki-laki menyampaikan niat baik untuk melamar kepada pihak perempuan.

3. Perjanjian: Kedua belah pihak membuat perjanjian mengenai mahar, waktu pernikahan, dan hal-hal lain yang perlu disepakati.

4. Acara Khitbah: Dilaksanakan acara syukuran untuk merayakan dimulainya hubungan yang serius ini.

Tujuan Khitbah

Khitbah memiliki beberapa tujuan penting, yaitu:

  •  Menguji keseriusan kedua belah pihak.
  •  Saling mengenal lebih dekat antara calon mempelai dan keluarga.
  •  Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pernikahan.
  •  Menjaga kehormatan kedua belah pihak.

Sumber

Khitbah