Manfaat Membaca Surah Maryam bagi Ibu Hamil

Surah Maryam merupakan surah ke-19 dalam Al-Qur’an yang memiliki kedudukan istimewa, terutama bagi para ibu hamil. Surah ini berkisah tentang Maryam, ibu dari Nabi Isa, dan keajaiban-keajaiban yang terjadi dalam kehidupannya. 

Bagi umat Muslim, membaca Surah Maryam dipercaya membawa berbagai manfaat, terutama bagi ibu hamil. Artikel ini akan mengulas manfaat-manfaat tersebut serta beberapa hadis yang mendukungnya.

1. Menguatkan Iman dan Ketakwaan

Membaca Surah Maryam secara rutin dapat menguatkan iman dan ketakwaan ibu hamil. Dalam surah ini, Maryam digambarkan sebagai sosok yang sangat taat kepada Allah SWT dan sabar menghadapi ujian. Dengan membaca dan merenungi kisah Maryam, ibu hamil dapat mengambil inspirasi dan kekuatan untuk tetap tegar dalam menghadapi kehamilan yang penuh tantangan.

Baca Juga:

Apa yang Membuat Doa Kita Tidak Terkabul?

2. Memberikan Ketenangan Hati

Kehamilan seringkali disertai dengan berbagai kecemasan dan kekhawatiran. Surah Maryam mengandung ayat-ayat yang menenangkan dan penuh dengan doa-doa yang dapat membantu ibu hamil merasa lebih tenang. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

3. Memohon Perlindungan dan Berkah untuk Anak

Salah satu manfaat terbesar dari membaca Surah Maryam adalah memohon perlindungan dan berkah bagi anak yang dikandung. Dalam Surah Maryam, terdapat doa-doa yang dapat dipanjatkan untuk kesehatan dan keselamatan bayi. Maryam yang diberi keajaiban oleh Allah SWT dengan kelahiran Nabi Isa adalah contoh betapa besar kuasa dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang taat.

4. Menambah Keberkahan dalam Kehamilan

Membaca Al-Qur’an, termasuk Surah Maryam, diyakini dapat menambah keberkahan dalam kehidupan. Sebuah hadis menyatakan:

“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)

Dengan membaca Surah Maryam, ibu hamil mendapat syafaat dan keberkahan dalam kehidupannya serta dalam proses persalinan nanti.

5. Meneladani Kesabaran dan Keteguhan Maryam

Kisah Maryam dalam surah ini menggambarkan kesabaran dan keteguhannya menghadapi ujian yang berat. Maryam harus menghadapi fitnah dan ujian ketika mengandung Nabi Isa. Keteguhan dan kesabarannya dalam menghadapi cobaan adalah teladan yang sangat berharga bagi ibu hamil.

Baca Juga:

10 Pemuda Islam Terbaik

6. Meningkatkan Hubungan dengan Allah SWT

Kehamilan adalah saat yang sangat spesial dan sering kali menjadi momen bagi banyak wanita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Membaca Surah Maryam dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.

Sumber Referensi:

Surah Maryam

Apa yang Harus Dilakukan saat Mimpi Buruk?

Mimpi buruk seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman dan kegelisahan. Dalam Islam, terdapat beberapa anjuran dan hadis yang dapat kita ikuti untuk menyikapi mimpi buruk. Hal ini pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW, yaitu:

“Mimpi buruk itu datang dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian melihat mimpi yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindung kepada Allah dari setan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berikut beberapa cara yang bisa Sahabat Muslim lakukan saat mendapatkan mimpi buruk, antara lain:

1. Meludah ke Sebelah Kiri Tiga Kali: Sesuai dengan hadis di atas, meludah ke sebelah kiri tiga kali setelah mimpi buruk dipercaya dapat mengusir pengaruh buruk dari setan.

2. Berlindung kepada Allah SWT: Membaca istighfar (memohon ampunan kepada Allah SWT) dan berlindung kepada Allah dari godaan setan adalah cara yang efektif untuk menenangkan hati dan pikiran setelah mimpi buruk.

Baca Juga:

Janji Allah SWT dalam Quran

3. Mengabaikan Mimpi Buruk: Tidak semua mimpi memiliki arti. Banyak mimpi buruk yang hanya merupakan refleksi dari pikiran bawah sadar yang sedang gelisah atau stres. Oleh karena itu, jangan terlalu memikirkan atau mengkhawatirkan mimpi buruk.

4. Meningkatkan Ibadah: Memperbanyak ibadah seperti sholat, membaca Al-Quran, dan berdzikir dapat memperkuat iman dan menjauhkan diri dari pengaruh negatif. 

5. Bercerita kepada Orang Lain: Jika mimpi buruk membuat Anda merasa sangat terganggu, jangan ragu untuk bercerita kepada orang yang shaleh, seperti ulama atau orang tua yang terpercaya. Mereka dapat memberikan nasihat dan doa untuk Anda.

Doa Mimpi Buruk

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Sunni, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut ketika mengalami mimpi buruk:

“Huwallâhu, allâhu rabbî, lâ syarîka lahû.” 

Artinya: “Dialah Allah, Allah Tuhanku, tiada sekutu bagi-Nya.”

Selain doa di atas, Anda juga dapat melengkapi dengan doa-doa berikut:

“A’udzubillahi minasy syaithanir rajim.”

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”

Allahumma inni a’uzu bika min ‘amali ash-shaitan wa min waswasatihi wa min hamazatihi. 

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (perbuatan) setan, dari bisikan-bisikannya, dan dari sentuhannya.”

Sumber Referensi:

Mimpi Buruk

Laki-laki Menyerupai Perempuan, Apa Hukumnya dalam Islam?

Dalam Islam, terdapat aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia, termasuk dalam hal penampilan dan identitas gender. Salah satu isu yang seringkali menjadi perdebatan adalah mengenai hukum laki-laki yang menyerupai perempuan. 

Dalil-Dalil yang Mendasari

Meskipun tidak ada ayat Al-Qur’an yang secara eksplisit melarang laki-laki menyerupai perempuan, namun terdapat beberapa prinsip umum yang relevan dengan masalah ini. Salah satunya adalah perintah Allah SWT agar manusia menjalankan perannya masing-masing sesuai dengan fitrahnya. 

QS. An-Nisa’ ayat 32: 

“Dan tetaplah kamu di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan berlenggak-lenggok seperti kebiasaan Jahiliyah yang dahulu.” Ayat ini mengindikasikan adanya perbedaan peran dan perilaku antara laki-laki dan perempuan.

Baca Juga:

Selain itu terdapat beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang memberikan penjelasan lebih rinci mengenai larangan laki-laki menyerupai perempuan. Beberapa hadis yang terkait dengan masalah ini, antara lain:

Hadis Riwayat Bukhari:

“Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” Hadis ini secara tegas melarang tindakan meniru gender lawan jenis.

Hadis Riwayat Abu Dawud: 

“Allah mengutuk seorang wanita berpakaian laki-laki dan laki-laki berpakaian wanita.” Hadis ini menekankan larangan terhadap pakaian yang tidak sesuai dengan jenis kelamin.

Larangan Para Ulama

Para ulama sepakat bahwa tindakan laki-laki menyerupai perempuan adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Alasan utama pelarangan ini adalah karena tindakan tersebut:

  • Bertentangan dengan fitrah: Setiap individu diciptakan dengan fitrahnya masing-masing, termasuk jenis kelamin. Menyerupai gender lawan jenis berarti mengingkari fitrah tersebut.
  • Menimbulkan fitnah: Tindakan ini dapat menimbulkan fitnah dan kerusakan moral di masyarakat.
  • Menghina syariat: Menyerupai gender lawan jenis dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap syariat Islam.

Sumber:

Laki-laki menyerupai perempuan

Catat! Hal-hal yang Membatalkan Wudhu

Wudhu adalah salah satu syarat sahnya ibadah seperti shalat dalam Islam. Wudhu bertujuan untuk mensucikan diri dari hadas kecil agar ibadah yang dilakukan menjadi sah di sisi Allah. Namun, ada beberapa hal yang bisa membatalkan wudhu. Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal yang membuat wudhu batal:

1. Keluarnya Sesuatu dari Dua Jalan

Salah satu hal utama yang membatalkan wudhu adalah keluarnya sesuatu dari dua jalan, yaitu dari kemaluan dan anus. Hal ini termasuk keluarnya urin, tinja, angin, mani, madzi, dan wadi. Keluarnya cairan ini, baik banyak maupun sedikit, secara otomatis membatalkan wudhu.

2. Tidur yang Tidak dalam Keadaan Duduk Tetap

Tidur yang membuat seseorang kehilangan kesadaran atau kendali atas dirinya, terutama jika tidak dalam posisi duduk tetap yang menghindarkan keluarnya sesuatu dari tubuh, juga membatalkan wudhu. Tidur dalam posisi selain duduk tetap seperti berbaring atau bersandar cenderung membuat seseorang tidak menyadari jika ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya.

3. Hilangnya Akal

Hilangnya akal atau kesadaran karena sebab apa pun, seperti mabuk, pingsan, atau gila, membatalkan wudhu. Kondisi ini menyebabkan seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya dan berpotensi keluarnya sesuatu dari tubuhnya tanpa disadari.

4. Menyentuh Kemaluan dengan Tangan Tanpa Pembatas

Menyentuh kemaluan dengan tangan langsung tanpa pembatas seperti kain atau sarung tangan juga membatalkan wudhu. Ini berlaku baik untuk kemaluan sendiri maupun orang lain. Sentuhan ini dianggap sebagai hadas kecil yang memerlukan wudhu kembali.

5. Makan Daging Unta

Dalam beberapa mazhab, makan daging unta dianggap membatalkan wudhu. Ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan untuk berwudhu setelah mengonsumsi daging unta. Meski tidak semua mazhab sepakat dalam hal ini, sebaiknya tetap diikuti untuk menjaga kebersihan dan kesucian.

6. Keluar Darah atau Nanah dalam Jumlah Banyak

Keluar darah atau nanah dalam jumlah banyak juga dapat membatalkan wudhu. Hal ini karena darah atau nanah yang keluar dari tubuh dianggap sebagai hadas yang memerlukan penyucian kembali.

7. Bersentuhan dengan Lawan Jenis yang Bukan Mahram

Dalam beberapa mazhab, bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram dapat membatalkan wudhu. Pendapat ini didasarkan pada pandangan bahwa sentuhan tersebut dapat membangkitkan syahwat yang mengharuskan wudhu kembali.

Referensi:

wudhu

Wajib Tahu!  3 Puasa Sunnah di Bulan Muharram

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk melakukan puasa sunnah di bulan Muharram, yang dianggap sebagai bulan terbaik untuk berpuasa setelah bulan Ramadan. Anjuran ini didasarkan pada salah satu hadis beliau, yaitu:

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Berikut adalah beberapa amalan puasa sunnah yang dianjurkan selama bulan Muharram, seperti yang disebutkan oleh H. M. Anshary dalam bukunya “Fiqih Kontroversi Jilid 2”:

1. Puasa Tasua

Puasa Tasu’a dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sehari sebelum Hari Asyura. Dalil mengenai puasa Tasu’a adalah sebagai berikut:

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 (Muharram).” (HR Ahmad)

Puasa Tasu’a juga dilakukan sebagai pembeda dengan ibadah puasa kaum Yahudi, seperti yang dijelaskan dalam kitab “Fiqhul Islam wa Adillatuhu Jilid 3” oleh Prof. Wahbah Az Zuhaili, yang diterjemahkan oleh Abdul Hayyi al-Kattani. Rasulullah SAW bersabda:

“Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR Ahmad)

2. Puasa Asyura

Puasa Asyura dilakukan pada tanggal 10 Muharram, sehari setelah Puasa Tasua. Nabi Muhammad SAW menjelaskan keutamaan puasa ini:

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

Rasulullah SAW juga menganjurkan puasa Asyura ketika beliau tiba di Kota Madinah dan melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya mengapa mereka berpuasa, dan para sahabat menjelaskan bahwa hari itu adalah hari baik di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, dan Nabi Musa berpuasa sebagai tanda syukur. Rasulullah SAW kemudian bersabda:

“Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian”. Beliau kemudian berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk melakukannya.” (HR Bukhari)

Puasa Asyura boleh dilakukan tanpa puasa Tasua, namun lebih utama jika kedua puasa tersebut dilaksanakan bersama-sama.

3. Puasa Ayyamul Bidh

Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan dalam kalender kamariah (bulan Hijriah). Dalil mengenai puasa Ayyamul Bidh adalah sebagai berikut:

“Puasa tiga hari setiap bulan itu seperti puasa sepanjang tahun.” (Muttafaq ‘alaih) – (dikutip dari Syarah Riyadhus Shalihin oleh Imam An-Nawawi, terjemahan Misbah)

Jadwal Puasa Sunnah Muharram 1446 H

Berikut adalah jadwal puasa sunnah di bulan Muharram untuk tahun 1446 H berdasarkan versi Pemerintah, Muhammadiyah, dan PBNU:

 1. Jadwal Puasa Muharram 1446 H Versi Pemerintah dan Muhammadiyah

– Puasa Tasua (9 Muharram 1446 H): Senin, 15 Juli 2024

– Puasa Asyura (10 Muharram 1446 H): Selasa, 16 Juli 2024

– Puasa Ayyamul Bidh (13-15 Muharram 1446 H): 19-21 Juli 2024

 2. Jadwal Puasa Muharram 1446 H Versi PBNU

– Puasa Tasua (9 Muharram 1446 H): Selasa, 16 Juli 2024

– Puasa Asyura (10 Muharram 1446 H): Rabu, 17 Juli 2024

– Puasa Ayyamul Bidh (13-15 Muharram 1446 H): 20-22 Juli 2024

Referensi:

Puasa Sunnah di Bulan Muharram

5 Perbuatan yang Mengundang Pertolongan Allah

Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengundang pertolongan-Nya. Berikut adalah lima perbuatan yang dapat mengundang pertolongan Allah yang patut kita amalkan.

Sholat Tepat Waktu

Sholat adalah tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Sholat tepat waktu menunjukkan ketaatan kita kepada Allah dan menjadi bukti nyata iman. Rasulullah SAW bersabda: 

“Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat” (HR. Bukhari).

Dengan sholat tepat waktu, kita memohon ridha dan pertolongan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

Berbuat Kebaikan kepada Sesama

Merupakan cerminan dari akhlak yang mulia. Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik dan akan memberikan pertolongan-Nya kepada mereka yang ikhlas dalam membantu orang lain. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah: 7).

Bersedekah

Sedekah adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan. Sedekah tidak hanya membantu yang membutuhkan, tetapi juga membersihkan harta dan jiwa kita. Allah menjanjikan pahala berlipat ganda bagi mereka yang bersedekah dengan hati yang ikhlas. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261).

Senantiasa Memohon Ampunan (Istighfar)

Memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah kita perbuat merupakan langkah penting dalam mendekatkan diri kepada Allah. Istighfar tidak hanya membersihkan jiwa, tetapi juga membuka pintu rezeki dan pertolongan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan menjadikan setiap kesedihannya kegembiraan, setiap kesempitannya jalan keluar, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad).

Berdoa dengan Khusyuk

Doa adalah senjata bagi orang beriman. Dengan berdoa, kita menunjukkan ketergantungan kita hanya kepada Allah. Berdoa dengan khusyuk dan penuh keyakinan akan mengundang pertolongan Allah dalam setiap kesulitan yang kita hadapi. Allah berfirman:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186).

Mengundang pertolongan Allah bukanlah hal yang sulit jika kita selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui sholat tepat waktu, berbuat kebaikan, bersedekah, memohon ampunan, dan berdoa dengan khusyuk. Dengan menjalankan kelima perbuatan ini, insya Allah kita akan mendapatkan pertolongan dan keberkahan dalam hidup kita.

Melakukan perbuatan-perbuatan ini, kita tidak hanya mengundang pertolongan Allah, tetapi juga memperoleh ketenangan batin dan kebahagiaan yang sejati. Semoga Allah selalu memberikan kita hidayah dan pertolongan-Nya. Aamiin.

Syarat Memiliki Anak dalam Syariat Islam

Memiliki keturunan merupakan anugerah yang luar biasa dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an dan hadis, banyak ayat dan riwayat yang menekankan pentingnya memiliki anak dan mendidik mereka dengan baik. 

Namun, dalam Islam, memiliki anak bukan hanya tentang keinginan semata, tetapi juga tentang kesiapan dan tanggung jawab. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang sebelum dibolehkan memiliki anak dalam syariat Islam.

1. Kematangan Mental dan Emosional

Pasangan suami istri yang ingin memiliki anak haruslah sudah matang secara mental dan emosional. Hal ini penting untuk memastikan mereka mampu memberikan kasih sayang, pengasuhan, dan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka.

2. Kemampuan Finansial yang Cukup

Memiliki anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, penting bagi pasangan suami istri untuk memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, baik secara fisik maupun spiritual.

3. Kehidupan Rumah Tangga yang Stabil

Anak-anak membutuhkan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, penting bagi pasangan suami istri untuk memiliki kehidupan rumah tangga yang stabil dan harmonis sebelum mereka memutuskan untuk memiliki anak.

4. Komitmen untuk Mendidik Anak dengan Baik

Memiliki anak bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik mereka, tetapi juga tentang mendidik mereka dengan baik sesuai dengan ajaran Islam. Orang tua haruslah siap untuk menjadi teladan bagi anak-anak mereka dan membimbing mereka ke jalan yang benar.

5. Memperhatikan Kondisi Kesehatan

Sebelum memiliki anak, penting bagi pasangan suami istri untuk memastikan kondisi kesehatan mereka dalam keadaan baik. Hal ini untuk meminimalisir risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan dan persalinan.

6. Mempersiapkan Diri Secara Spiritual

Memiliki anak merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi pasangan suami istri untuk mempersiapkan diri secara spiritual sebelum mereka memutuskan untuk memiliki anak. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbanyak doa, mempelajari ilmu parenting Islami, dan memperkuat iman dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Memiliki anak merupakan anugerah yang luar biasa dalam Islam. Dengan mempersiapkan diri dengan matang dan memahami tanggung jawab yang besar, Anda dapat menyambut kehadiran anak dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur.

Sumber:

Memiliki Anak

Penyebab Doa Belum Dikabulkan

Sebagai umat muslim, doa merupakan sarana untuk memohon pertolongan dan menjalin hubungan dengan Allah SWT. Namun, tak jarang doa yang dipanjatkan terasa belum terkabul, menimbulkan pertanyaan dan keraguan di hati. Hal ini wajar, namun penting untuk diingat bahwa Allah SWT memiliki hikmah di balik setiap kejadian, termasuk dalam hal doa.

Berikut beberapa alasan mengapa doa belum dikabulkan dalam Islam, beserta tips agar doa lebih mudah diterima.

Alasan Doa Belum Dikabulkan

1. Ketidakpatuhan 

Allah SWT hanya mengabulkan doa hamba-Nya yang taat dan menjauhi perbuatan maksiat. Doa yang diiringi dengan perbuatan dosa, seperti berbohong, menipu, atau menzalimi orang lain, kemungkinan besar tidak akan dikabulkan.

2. Keraguan 

Memiliki keraguan terhadap kuasa Allah SWT saat berdoa dapat menghambat penerimaan doa. Yakinlah bahwa Allah SWT Maha Kuasa dan akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

3. Kesombongan 

Berdoa dengan sikap sombong dan merasa lebih berhak atas sesuatu dibandingkan orang lain dapat menghalangi penerimaan doa. Hendaknya berdoa dengan penuh kerendahan hati dan ketulusan.

4. Doa yang Salah 

Doa yang tidak sesuai dengan syariat Islam, seperti mendoakan hal-hal yang haram atau bertentangan dengan takdir, kemungkinan besar tidak akan dikabulkan.

5. Waktu yang Tepat 

Allah SWT memiliki waktu yang tepat untuk mengabulkan doa. Bisa jadi, doa yang dirasa belum terkabul karena belum waktunya untuk dikabulkan dan Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik.

Tips Agar Doa Lebih Mudah Diterima

1. Pastikan Berada dalam Keadaan Suci. Bersihkan diri dari hadas dan najis sebelum berdoa.

2. Memulai dengan Memuji Allah SWT. Ungkapkan pujian dan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan.

3. Menyampaikan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan kepada Rasulullah SAW.

4. Berdoa dengan Penuh Khusyuk dan Ketulusan. Fokuskan pikiran dan hati hanya kepada Allah SWT saat berdoa.

5. Mintalah ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat.

6. Memperbanyak Doa dan Doa Terbaik. Berdoalah dengan istiqomah dan perbanyak doa terbaik, seperti doa Nabi Ibrahim AS, “Rabbana atina min ladunka rahimaatan wa tahhirna minas sayyi’aat” (Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari-Mu dan bersihkanlah kami dari segala dosa).

7. Berdoa dengan Optimis dan Tidak Putus Asa. Yakinlah bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa di waktu yang tepat.

8. Menerima Qadha’ dan Qadar. Terimalah dengan lapang dada apapun hasil doa, karena Allah SWT Maha Mengetahui dan Bijaksana.

9. Bersyukur atas Apapun yang Diberikan. Tetaplah bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan, meskipun doa yang dipanjatkan belum terkabul.

Allah SWT Maha Mengetahui dan Bijaksana. Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya di waktu yang tepat dan dengan cara terbaik. Memahami alasan mengapa doa belum dikabulkan dapat membantu kita untuk meningkatkan kualitas doa dan memperkuat keimanan. Janganlah berputus asa dalam berdoa, dan teruslah berusaha menjadi hamba yang taat dan bersyukur.

Sumber Referensi:

Doa

Pentingnya Memberikan Nama yang Baik pada Anak

Dalam Islam, nama bukan hanya sekedar identitas, tetapi juga doa dan harapan orang tua untuk masa depan anaknya. Memilih nama yang baik untuk anak dalam Islam sangatlah penting karena beberapa alasan berikut ini.

1. Doa dan Harapan Orang Tua

Nama merupakan doa dan harapan orang tua untuk masa depan anaknya. Ketika memilih nama yang baik, orang tua mendoakan agar anaknya memiliki sifat-sifat mulia dan terhindar dari hal-hal buruk. 

2. Identitas dan Kepribadian

Nama adalah bagian dari identitas seseorang dan dapat memengaruhi kepribadiannya. Nama yang baik dapat membangun rasa percaya diri dan harga diri anak, serta mendorong mereka untuk berperilaku sesuai dengan maknanya.

Baca Juga:

Ciri-ciri Orang Terkena Penyakit Ain

3. Teladan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW selalu memberikan nama yang baik kepada anak-anaknya dan para sahabatnya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau sangat memperhatikan pentingnya nama bagi seorang individu.

4. Ajaran Islam

Dalam Islam, terdapat beberapa pedoman dalam memilih nama anak, di antaranya:

  • Memilih nama yang memiliki makna yang baik.
  • Hindari nama yang memiliki makna buruk, seperti nama yang berkaitan dengan setan, api, atau penyakit.
  • Memilih nama yang sesuai dengan syariat Islam
  • Hindari nama yang bermakna menyembah selain Allah SWT, seperti nama-nama berhala atau dewa-dewi.
  • Memilih nama yang mudah diucapkan dan diingat.
  • Memilih nama yang indah didengar, nama yang indah dapat memberikan kesan positif kepada orang lain.

5. Dampak Psikologis

Nama yang buruk dapat memberikan dampak psikologis yang negatif bagi anak, seperti rasa malu, minder, dan rendah diri. Oleh karena itu, memilih nama yang baik bagi anak dalam Islam merupakan hal yang sangat penting. 

Baca Juga:

Etika Bersedekah dalam Islam

Orang tua harus mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memilih nama untuk anaknya, dengan harapan agar anaknya dapat menjadi pribadi yang sholeh dan bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Referensi:

Nama Anak

Ramai Lamaran Kiamat, Bagaimana Islam Memandangnya?

Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan ramalan kiamat yang akan terjadi pada tanggal 29 Juni 2024, diprediksi oleh seorang astrolog India bernama Kushal Kumar. Ramalan ini tentu saja menimbulkan kehebohan dan kekhawatiran di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk memiliki keyakinan yang teguh terhadap hari akhir. Namun, Islam tidak mengajarkan kita untuk mengikuti ramalan-ramalan yang tidak didasari oleh dalil dan bukti yang kuat.

Lalu, bagaimana Islam memandang ramalan kiamat?

Dalam Islam, hanya Allah SWT yang mengetahui kapan terjadinya kiamat. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

“Hanya Allah yang mengetahui hari kiamat. Tidak ada seorang pun di bumi maupun di langit yang mengetahuinya, kecuali Dia. Dan tidak seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya kiamat itu, kecuali Dia.” (QS An-Naba’: 31)

Nabi Muhammad SAW. pun pernah ditanya tentang kapan terjadinya kiamat. Beliau menjawab bahwa hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Hal ini diriwayatkan dalam sebuah hadits:

“Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, ‘Rasulullah SAW ditanya tentang kiamat. Beliau menjawab, ‘Tidak ada yang lebih mengetahui tentangnya selain Allah SWT.'” (HR Bukhari)

Ramalan kiamat yang beredar, seperti ramalan 29 Juni 2024, tidak memiliki dasar yang kuat dalam Islam. Sahabat Muslim diwajibkan untuk berhati-hati terhadap ramalan-ramalan yang tidak didasari oleh dalil dan bukti yang kuat. 

Lebih baik kita fokus untuk mempersiapkan diri menghadapi kiamat. Berikut tips mempersiapkan diri menghadapi kiamat. 

  • Meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT.
  • Menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan.
  • Memperbanyak amal saleh.
  • Berbuat baik kepada sesama.
  • Menyebarkan ilmu dan kebaikan.
  • Selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dan keteguhan iman dalam menghadapi kiamat.

Semoga artikel blog ini bermanfaat.