9 Ciri Sahabat yang Baik Menurut Islam, Kamu Punya?

Rasulullah SAW selalu mengingatkan umatnya untuk senantiasa berhati-hati dalam memilih teman ataupun sahabat. Hal ini dikarenakan nilai seorang muslim akan ditentukan dengan siapa mereka bersahabat.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengatakan bahwa:

“Seseorang menurut agama dinilai dari sahabat dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Lantas, bagaimana ciri-ciri sahabat yang baik menurut Islam? Simak penjelasannya di bawah ini!

Ciri Sahabat yang Baik Menurut Islam

Terdapat 9 ciri sahabat yang baik menurut Islam, antara lain:

1. Beriman kepada Allah SWT dan Rajin Beribadah

Sahabat yang baik menurut menurut Islam adalah mereka yang memiliki ketaatan dalam beribadah. Mereka selalu mengedepankan hubungan spiritual dengan Allah SWT dan memperkuat ikatan tersebut melalui konsistensi dalam melaksanakan salat, rajin membaca Al-Quran, serta menerapkan amalan-amalan yang dianjurkan. Hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa mereka adalah sosok yang dapat menjadi pengingat bagi kita untuk memperbaiki diri.

2. Pintar

Seorang Muslim yang layak dijadikan sahabat adalah yang memiliki kecerdasan. Mereka yang kurang berpengetahuan dianggap memiliki potensi untuk menimbulkan masalah meskipun niat mereka baik.

Imam Al-Ghazali pernah berkata:

فإذا طلبت رفيقا ليكون شريكك في التعلم، وصاحبك في أمر دينك ودنيا فراع فيه خمس خصال: الأولى: العقل: فلا خير في صحبة الأحمق، فإلى الوحشة والقطيعة يرجع آخرها، وأحسن أحواله أن يضرك وهو يريد أن ينفعك، والعدو العاقل خير من الصديق الأحمق

Artinya: “Bila kau ingin mencari sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan agama dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini. Pertama, akalnya. Tiada mengandung kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir dengan keengganan dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa mengatakan, ‘Musuh yang cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu.”

Baca Juga:

Pedoman Adab Bersosial Media dalam Islam

3. Sosok yang Ceria

Menjalin persahabatan dengan seseorang yang senantiasa penuh semangat dan menyebarkan aura positif dapat mengangkat mood dan membuat suasana hati kita menjadi lebih cerah. Terutama, ketika kita sedang menghadapi sebuah masalah, memiliki teman yang penuh keceriaan seperti ini dapat membantu kita merasa lebih lega.

4. Memiliki Akhlak yang Terpuji

Sahabat yang baik adalah mereka yang memiliki budi pekerti yang baik, tidak hanya dalam keadaan normal namun juga ketika mereka sedang marah. Seorang Muslim yang mampu mengendalikan emosinya saat marah dianggap memiliki kemampuan untuk menonjolkan akhlak yang baik.

5. Saleh dan Salehah

Imam Al-Ghazali juga mengajarkan umat muslim untuk menjauhi pertemanan dengan mereka yang terus menerus terlibat dalam perbuatan dosa besar. Sebaliknya, kita disarankan untuk mencari teman yang memiliki perilaku saleh dan salehah, yaitu orang-orang yang konsisten menjauhi perbuatan dosa besar.

Dalam Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 28, Allah SWT berfirman:

وَلا تُطِع مَن أَغفَلنا قَلبَهُ عَن ذِكرِنا وَاتَبَعَ هَواهُ وَكانَ أَمرُه فُرُطا

Artinya: “Jangan kau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya untuk mengingat Kami dan orang yang mengikuti hawa nafsu dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

6. Tidak Serakah

Seseorang yang pantas dijadikan sebagai sahabat menurut pandangan Islam adalah mereka yang tidak memiliki sifat serakah terhadap dunia. Hal ini dikarenakan kecenderungan serakah pada seseorang dapat menular. Oleh karena itu, sebaiknya setiap muslim menjauhi persahabatan dengan seseorang yang terlalu terikat pada kecintaan berlebihan terhadap dunia.

7. Selalu Berbaik Sangka

Seorang Muslim seharusnya mencari sahabat yang selalu berbaik sangka karena sikap ini merupakan nilai yang sangat dihargai dalam Islam. Berbaik sangka menunjukkan kepercayaan dan keyakinan positif terhadap niat dan tindakan mereka, bahkan dalam situasi yang mungkin dapat menimbulkan keraguan. 

Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk memupuk hubungan dengan penuh kepercayaan dan kasih sayang, sehingga kita dapat membangun lingkungan sosial yang harmonis, saling mendukung dan menguatkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:

Keistimewaan Membaca Surah Al-Baqarah

8. Selalu Berkata Jujur

Menurut pandangan Islam Kejujuran merupakan sifat yang sangat esensial bagi seorang sahabat. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menegaskan pentingnya berhati-hati dan tidak memilih sahabat yang suka berbohong. Islam mengingatkan umatnya untuk menjauhi sahabat-sahabat yang tidak jujur, karena sifat pendusta dapat merugikan dan membawa seseorang pada jalur kesesatan.

9. Tidak Mengumbar Aib Teman

Seorang Muslim diimbau untuk mencari sahabat yang tidak mengumbar aib temannya sendiri ataupun orang lain karena nilai-nilai etika dan moral sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Mengumbar aib teman dapat mengakibatkan kerusakan dalam hubungan sosial. 

Sumber Referensi:

Ciri Sahabat Sejati Menurut islam

7 Keistimewaan Wanita Hamil dalam Islam

Wanita hamil dalam Islam merupakan hal luar biasa yang diberikan Allah SWT bagi seorang wanita setelah menikah. Hal ini dikarenakan proses mengandung yang dilalui oleh seorang ibu tidaklah mudah, bahkan mereka harus bertarung nyawa demi melahirkan buah hatinya.

Dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15, Allah SWT mengatakan:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

Artinya: “Kami perintahkan kepadamu supaya berbuat baik kepada dua orang, yakni ibu dan bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya, maka ia akan mendapat pahala yang setimpal.” (QS. Al Ahqaf: 15).

Kemudian, Allah SWT juga menyatakan beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh wanita hamil dan akan dijelaskan di bawah ini. Simak hingga selesai, ya!

Baca Juga:

Tanggung Jawab Seorang Ayah Tiri

Keistimewaan Wanita Hamil

Beberapa keistimewaan yang dimiliki wanita hamil dalam Islam, antara lain:

1. Salatnya Lebih Utama

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda bahwa:

“Dua rakaat shalat ibu hamil menjadi lebih baik dibandingkan dengan 80 rakaat shalat yang dilakukan perempuan tidak hamil.” (HR. Muslim)

Keutamaan ini diberikan karena wanita hamil mengandung janin di dalam perutnya, sehingga janin yang dikandung pun dianggap turut melakukan salat, mendengar bacaan salat dan ikut sujud bersama sang ibu yang sedang menghadap Allah SWT.

2. Dilipatgandakan Pahalanya

Wanita hamil akan memperoleh ganjaran pahala yang berlipat ganda sebab Rasulullah SAW pernah berkata bahwa seorang ibu hamil akan mendapatkan pahala 70 tahun salat dan juga puasa.

Hal ini terjadi karena wanita hamil selalu membawa amanah Allah SWT berupa janin ke mana pun ia pergi setiap harinya. Oleh karena itu, sangat wajar apabila wanita hamil mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

3. Pahala Mati Syahid

Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Ahmad, beliau mengatakan bahwa:

“Mati syahid itu ada tujuh, selain mati terbunuh dalam perang fisabilillah, yaitu: mati karena penyakit tha’un, mati karena tenggelam, mati karena penyakit lambung, mati karena sakit perut, mati karena terbakar, mati karena tertimpa reruntuhan, dan wanita yang mati karena hamil atau melahirkan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i dan Malik).

Kedudukan wanita hamil sangatlah tinggi, sehingga apabila ia meninggal saat masa kehamilan atau proses melahirkan, maka hal ini menunjukkan betapa besar harkat yang diberikan oleh Allah SWT.

Baca Juga:

Macam-macam Doa saat Hujan Turun

4. Berjihad di Jalan Allah SWT

Wanita yang mulai merasakan sakit ketika hendak bersalin atau melahirkan akan mendapatkan pahala berjihad di jalan Allah SWT. Hal ini disebutkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis, yaitu:

“Mati syahid ada 7 jenis selain gugur di jalan Allah: korban meninggal karena wabah tha’un adalah syahid, korban meninggal karena sakit perut juga syahid, korban tenggelam juga syahid, korban meninggal tertimpa reruntuhan juga syahid, korban meninggal karena radang selaput dada juga syahid, korban meninggal terbakar juga syahid, dan wanita meninggal karena hamil adalah syahid.,” (H.R. Nasa`i)

5. Malaikat Beristighfar

Malaikat akan beristighfar untuk wanita yang sedang hamil dan Allah SWT juga akan memberikan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan, serta menghapus 1000 kejahatan yang dimilikinya.

6. Dijanjikan Pahala 12 Tahun

Rasa sakit di sekujur tubuh wanita hamil kerap membuatnya kesulitan untuk tidur. Oleh karena itu, Allah SWT menjanjikannya pahala sebesar 12 tahun pahala ibadah yang dikerjakannya.

7. Diampuni Dosanya

Selain pahala, Allah SWT juga akan mengampuni dosa seorang wanita yang hamil. Tentu saja bagi mereka yang ikhlas menanggung rasa sakit saat masa kehamilan dan melahirkan, serta bagaimana merawat bayinya kelak hingga tumbuh menjadi seseorang yang bermanfaat bagi sekitarnya.

Sumber: 

Kumparan.com. (2022). Janji Allah untuk Ibu Hamil

Catat! 10 Amalan Penggugur Dosa Manusia

Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kehidupan spiritual dan moralnya. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah melakukan amalan-amalan penggugur dosa. Seperti apa? Simak artikel ini hingga selesai!

Apa itu Dosa?

Dalam Islam, dosa merujuk pada pelanggaran atau perbuatan yang bertentangan dengan ajaran dan tuntunan Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Setiap dosa membawa konsekuensi moral dan spiritual bagi individu yang melakukannya. Beberapa jenis dosa yang umum diidentifikasi dalam Islam antara lain:

1. Syirik: Tindakan atau keyakinan yang menempatkan sesuatu atau seseorang setara atau bahkan melebihi Allah SWT. Syirik dianggap sebagai dosa terbesar dalam Islam.

2. Maksiat: Berbagai jenis perbuatan terlarang seperti zina (perzinahan), mencuri, mabuk-mabukan dan lain sebagainya.

3. Riba: Menerima atau memberikan bunga atau keuntungan yang dianggap tidak adil dan merugikan dalam transaksi keuangan.

4. Berkata Dusta atau Ghibah (Pencemaran Nama Baik): Menyebarkan informasi palsu atau merugikan tentang seseorang, atau membicarakan orang lain di belakangnya.

Baca Juga:

5 Sifat Nabi Muhammad SAW yang Patut Diajarkan pada Anak

5. Mengkonsumsi Miras atau Khamr: Mengonsumsi minuman keras atau substansi yang dapat memabukkan.

6. Menyalahgunakan Harta Benda: Termasuk mencuri, merampok, atau menyalahgunakan harta benda milik orang lain.

7. Tidak Menunaikan Kewajiban Ibadah: Tidak menjalankan shalat, tidak membayar zakat atau meninggalkan kewajiban-kewajiban ibadah lainnya.

Amalan-amalan Penggugur Dosa

Setelah memahami apa itu dosa dan jenis-jenisnya, selanjutnya akan dijelaskan beberapa amalan yang bisa umat muslim lakukan untuk menggugurkan dosa tersebut, antara lain:

1. Taubat Nasuha

Taubat adalah kunci untuk membersihkan diri dari dosa. Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh penyesalan dan tekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut.

2. Shalat dan Dzikir

Melaksanakan shalat lima waktu dan berbagai dzikir merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat membantu membersihkan hati dan jiwa, serta dzikir menguatkan hubungan spiritual.

3. Membaca dan Memahami Al-Qur’an

Membaca, merenung dan memahami makna Al-Qur’an adalah cara untuk mendapatkan petunjuk hidup yang benar. Al-Qur’an memberikan petunjuk agar manusia menjauhi dosa dan mendekatkan diri kepada-Nya.

4. Berbuat Baik kepada Sesama

Islam mendorong umatnya untuk berbuat baik kepada sesama, seperti membantu orang lain, beramal sholeh, dan menyebarkan kebaikan.

5. Puasa Sunnah

Puasa tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Melaksanakan puasa sunnah, seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh (tiga hari pertama, tengah, dan akhir bulan Hijriah), dapat membantu membersihkan dosa-dosa kecil.

6. Sedekah dan Infaq

Menunaikan zakat dan memberikan sedekah atau infaq secara rutin adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Hal ini membantu membersihkan harta dari sifat-sifat tidak baik dan dosa-dosa yang terkait dengan harta.

7. Berilmu dan Mengajarkan Ilmu

Mencari ilmu agama dan dunia, serta berbagi ilmu dengan orang lain, merupakan amalan yang dihargai dalam Islam. Ilmu dapat menjadi pelindung dari perbuatan dosa dan kesesatan.

Baca Juga:

Pentingnya Berdzikir Pagi dan Petang

8. Bertaubat Sebelum Tidur

Mengakhiri hari dengan bertaubat kepada Allah SWT adalah sikap yang bijak. Memohon ampunan dan keselamatan sebelum tidur adalah tindakan yang membantu membersihkan diri dari dosa-dosa yang terjadi selama hari tersebut.

9. Menjauhi Perbuatan Haram

Menghindari segala bentuk perbuatan haram, seperti riba, maksiat, dan kecurangan adalah langkah penting dalam menghindari dosa. Islam mengajarkan bahwa menjauhi larangan Allah adalah amalan yang sangat dianjurkan.

10. Berintrospeksi Diri

Melakukan introspeksi diri secara teratur adalah langkah penting dalam memahami kelemahan dan dosa-dosa yang mungkin dilakukan. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang dapat lebih mudah memperbaiki diri dan menghapus dosa-dosa.

Dalam Islam, amalan-amalan tersebut bersifat holistik, mencakup aspek ibadah, moral, sosial, dan pribadi. Penting untuk diingat bahwa niat yang tulus dan konsistensi dalam melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah kunci utama keberhasilan dalam membersihkan diri dari dosa.

Sumber Referensi:

Amalan Sehari-hari Penggugur Dosa

Keutamaan Memiliki Sifat Jujur

Jujur adalah salah satu sifat terpuji yang memiliki kedudukan tinggi dalam ajaran Islam. Kehadiran sifat jujur bukan hanya sebagai nilai moral tetapi juga sebagai landasan etika yang mendasari hubungan manusia dengan Allah SWT dan sesama. Dalam Islam, jujur dianggap sebagai tindakan yang mulia dan memiliki banyak keutamaan. 

Berikut akan dijelaskan beberapa aspek keutamaan memiliki sifat jujur dalam Islam. Simak hingga selesai!

1. Ketaatan terhadap Allah

Dalam Islam, kejujuran adalah cerminan dari ketaatan seseorang terhadap Allah SWT. Allah SWT mencintai hamba-Nya yang jujur dan tulus dalam segala aspek kehidupannya. Seorang Muslim yang jujur menunjukkan penghormatan dan ketaatan yang tulus kepada Allah SWT, karena dia memegang teguh nilai kebenaran yang ditegaskan dalam ajaran Islam.

2. Menjaga Amanah

Kejujuran dalam Islam berarti menjaga amanah. Amanah adalah tanggung jawab atau kepercayaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Sebagai manusia yang jujur, seseorang diharapkan menjaga amanah dengan baik, baik dalam urusan keuangan, perkataan, maupun tindakan. 

Baca Juga:

Keutamaan Membaca Surah Al-Baqarah

Rasulullah SAW bersabda, “Jika amanah telah diabaikan, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari)

3. Menjaga Hubungan Sesama Manusia

Sifat jujur menjadi dasar dari hubungan yang sehat antara sesama manusia. Kejujuran menciptakan kepercayaan dan ketulusan dalam interaksi sosial. Dengan menjadi jujur, seseorang dapat membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain. 

Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah kedustaan, karena kedustaan membawa kepada kefasikan, dan kefasikan membawa kepada neraka.” (HR. Bukhari)

4. Mendapatkan Ridha Allah

 Keutamaan memiliki sifat jujur adalah mendapatkan ridha Allah SWT. Dengan menjalani hidup dengan jujur, seseorang mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih keberkahan dalam hidupnya. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang benar dengan yang bathil, dan janganlah kamu sembunyikan yang benar itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 42)

5. Pahala di Akhirat

Kejujuran akan memberikan pahala yang besar di akhirat. Seorang Muslim yang jujur akan mendapatkan ganjaran yang melimpah dari Allah SWT. 

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang akan terus jujur dan berbicara jujur sehingga dia dikatakan oleh Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keutamaan memiliki sifat jujur dalam Islam mencakup aspek ketaatan kepada Allah, menjaga amanah, membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia, mendapatkan ridha Allah, dan mendapatkan pahala di akhirat. Kejujuran bukan hanya sebuah nilai, tetapi juga sebuah prinsip hidup yang menjadi landasan bagi kehidupan seorang Muslim. 

Baca Juga:

Macam-macam Doa saat Hujan Turun

Dengan menjadikan kejujuran sebagai panduan dalam setiap tindakan, seorang Muslim dapat mengarungi kehidupan dengan penuh integritas dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Referensi:https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6989725/4-keutamaan-sikap-jujur-menurut-hadits-salah-satu-akhlak-mahmudah

7 Hal yang Tidak Boleh Diumbar di Media Sosial

Media sosial telah menjadi bagian integral di kehidupan kita sehari-hari. Hal ini dikarenakan media sosial memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia.

Akan tetapi, sebagai individu yang mengidentifikasi diri dalam kerangka nilai-nilai Islam, ada tanggung jawab moral dan etika yang harus diperhatikan dalam berinteraksi di dunia maya. Artikel ini akan menjelaskan tujuh hal yang tidak boleh diumbar di media sosial menurut perspektif Islam. Simak hingga selesai, ya!

1. Aib dan Privasi

Pada dasarnya, Islam mengajarkan untuk menjaga aib dan privasi orang lain. Menyebarkan informasi atau gambar yang merugikan atau merendahkan martabat seseorang dapat melanggar nilai-nilai etika Islam. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”

2. Gibah dan Namimah

Gibah dan namimah atau pencemaran nama baik adalah perbuatan tercela dalam Islam. Hal ini dikarenakan menyebarluaskan informasi palsu dapat menciptakan ketidakharmonisan di antara sesama Muslim. Selain itu, hal ini juga melanggar nilai-nilai persaudaraan dan toleransi yang diajarkan agama.

Baca Juga:

Doa Mustajab saat Hadapi Masalah

3. Pencemaran Agama

Menyebarkan materi atau komentar yang dapat merendahkan agama Islam atau agama lain bertentangan dengan etika Islam. Islam mengajarkan untuk menghormati keyakinan orang lain dan tidak mengejek atau mencemooh agama lain.

4. Fitnah dan Boikot

Menyebar fitnah atau berpartisipasi dalam upaya untuk merusak hubungan antarindividu atau kelompok merupakan tindakan yang dihindari dalam Islam. Sebaliknya, Islam mendorong untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan toleransi.

5. Kesenangan yang Merugikan

Menampilkan atau berbicara terbuka tentang aktivitas atau materi yang melibatkan hal-hal yang dilarang dalam Islam, seperti minuman keras, judi, atau perilaku asusila, dapat merusak citra individu dan menciptakan pengaruh negatif.

6. Kebohongan dan Sumpah Palsu

Islam sangat menekankan pentingnya kejujuran. Menyebar kebohongan atau sumpah palsu di media sosial bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan kebenaran yang diajarkan agama.

7. Menghina atau Menistakan Agama

Menghina atau menistakan simbol-simbol agama, baik Islam maupun agama lain, di media sosial dapat menimbulkan ketegangan dan mengancam kerukunan antarumat beragama. Islam menekankan pentingnya menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Baca Juga:

Penyebab Terhalangnya Hidayah

Secara keseluruhan, etika di media sosial menurut perspektif Islam mencakup kesadaran akan dampak kata-kata dan tindakan kita terhadap orang lain. Mematuhi prinsip-prinsip ini dapat membantu menciptakan lingkungan daring yang positif dan membantu dalam pembentukan masyarakat yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Sumber: https://www.kominfo.go.id/content/detail/9824/haram-dan-dilarang-dilakukan-di-medsos-menurut-mui/0/sorotan_media#:~:text=Melakukan%20ghibah%2C%20fitnah%2C%20namimah%2C%20dan%20penyebaran%20permusuhan.

Ketahui Hukum Berbelanja Menggunakan Diskon Natal

Menjelang natal, sejumlah toko baik offline maupun online memberikan banyak potongan harga atau diskon natal untuk para pembelinya. Dalam pandangan Islam, hal ini menimbulkan banyak perdebatan dan pendapat.

Sebagian kalangan menganggap bahwa hukum membeli barang diskonan tersebut adalah haram sebab termasuk menyemarakkan hari raya agama lain. Ada juga yang menganggap alasan keharaman tersebut akibat menyerupai perbuatan kaum non-muslim. Akan tetapi, sebagian lainnya berpendapat boleh sebab dikaitkan dengan kebolehan hukum bertansaksi, termasuk kepada pihak non-muslim.

Lantas, bagaimana kita harus bersikap? Mari simak artikel ini hingga selesai!

Pandangan Islam tentang Membeli Barang Diskon Natal

Dalam Islam, terdapat dua pandangan pro dan kontra perihal transaksi atau aktivitas jual-beli menggunakan diskon natal. Kedua pandangan tersebut sama-sama memiliki pembenaran secara fiqhiyyah.

Mereka yang berpendapat haram merujuk pada referensi yang mengarah kepada keharaman menyerupai aktivitas non-muslim misalnya referensi di kitab Al-Mi’yar al-Mu’arrab, fiqih mazhab Maliki yang menegaskan keharaman menerima hadiah saat perayaan agama lain, karena termasuk menyerupai perbuatan non-muslim.

 ورويت أيضا أن يحيى بن يحيى الليثي قال لا تجوز الهدايا في الميلاد من النصراني ولا من مسلم ولا إجابة الدعوة فيه ولا استعداد له. وينبغي أن يجعل كسائر الأيام

Artinya: Saya meriwayatkan bahwa Yahya bin Yahya al-Laitsi berkata: Tidak boleh menerima hadiah saat hari raya kaum Nasrani, baik dari kaum Nasrani atau Muslim, demikian pula haram memenuhi panggilan non-muslim di hari tersebut, dan bersiap-siap untuk menyemarakkannya. Dan wajib menjadikan hari-hari tersebut sebagaimana hari-hari biasanya. (Syekh Ahmad bin Yahya al-Winsyarisi al-Maliki, Al-Mi’yar al-Mu’arrab, juz 11, halaman: 150-152).

Baca Juga:

Keutamaan Membaca Asmaul Husna Setiap Hari

Referensi tersebut menegaskan bahwa kewajiban muslim adalah menjadikan hari-hari raya non-muslim sebagai hari-hari seperti biasa, tidak ada yang perlu dispesialkan untuk menyambut atau menyemarakkan. Apabila aktivitas membeli barang diskon natal menjadi identik dengan aktivitas non-muslim, maka referensi di atas menemukan ruang relevansinya.

Meskipun begitu, terdapat pendapat lain dari kalangan Hanabilah (mazhab Hanbali) yang secara tegas menyebutkan kebolehan membeli barang-barang pada saat momen perayaan hari raya non-muslim. 

Menurut pandangan ini, melakukan aktivitas jual-beli pada momen tersebut bukanlah termasuk menyemarakan hari raya mereka, bukan pula termasuk membantu kemaksiatan atau menyerupai aktivitas non-muslim.

Penjelasan ini sebagaimana disampaikan Syekh Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali sebagai berikut:


وَقَالَ الْخَلَّالُ : فِي جَامِعِهِ ( بَابٌ فِي كَرَاهِيَةِ خُرُوجِ الْمُسْلِمِينَ فِي أَعْيَادِ الْمُشْرِكِينَ ) وَذَكَرَ عَنْ مُهَنَّا قَالَ سَأَلْتُ : أَحْمَدَ عَنْ شُهُودِ هَذِهِ الْأَعْيَادِ الَّتِي تَكُونُ عِنْدَنَا بِالشَّامِ مِثْلَ دَيْرِ أَيُّوبَ وَأَشْبَاهِهِ يَشْهَدُهُ الْمُسْلِمُونَ يَشْهَدُونَ الْأَسْوَاقَ وَيَجْلِبُونَ فِيهِ الْغَنَمَ وَالْبَقَرَ وَالدَّقِيقَ وَالْبُرَّ وَغَيْرَ ذَلِكَ إلَّا أَنَّهُ إنَّمَا يَكُونُ فِي الْأَسْوَاقِ ، يَشْتَرُونَ وَلَا يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ بِيَعَهُمْ قَالَ : إذَا لَمْ يَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ بِيَعَهُمْ وَإِنَّمَا يَشْهَدُونَ السُّوقَ فَلَا بَأْسَ


Artinya: Al-Khallal berkata dalam kitab al-Jami’-nya, bab kemakruhan keluarnya kaum muslim di hari raya kaum musyrik, Al-Khallal menyebutkan dari Syekh Muhanna, ia berkata: Saya bertanya kepada Imam Ahmad tentang hukum menghadiri hari raya non-muslim ini yang diselenggarakan di negara Syam, sebagaimana juga di Dairi Ayyub dan sesamanya. Kaum muslim menyaksikannya, mereka hadir di pasar-pasar dan mengambil kambing, sapi, roti, gandum dan lainnya di tempat tersebut, namun hanya mereka lakukan di pasar-pasar. Mereka membeli namun tidak sampai masuk ke tempat peribadatan kaum non-muslim. Al-Imam Ahmad berkata, bila mereka tidak memasuki tempat peribadatan non-muslim, dan hanya mengahdiri pasar, maka tidak masalah. (Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali, Al-Adab asy-Syar’iyyah, juz , halaman: 123). 

Baca Juga:

Amalan Sunnah Rasul yang Bisa Diterapkan Sehari-hari

Kebolehan dalam referensi di atas harus dibatasi dengan syarat tidak bertujuan menyemarakkan atau mengagungkan hari raya Natal. Apabila terdapat tujuan tersebut, maka hukumnya haram atau bahkan bisa mengakibatkan kekufuran bila sampai taraf mengagungkan sebagaimana mengagungkannya kalangan non-muslim terhadap hari raya mereka.

Sumber:

Syaifullah. (2022). Hukum Belanja saat Banyak Diskon di Hari Natal. jatim.nu.or.id

5 Penyebab Sempitnya Rezeki Seseorang

Rezeki dalam Islam merujuk pada segala yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk makanan, minuman, pakaian, harta, kesehatan, dan kehidupan itu sendiri. 

Islam mengajarkan pentingnya usaha, doa, dan tawakal (percaya sepenuhnya kepada Allah) dalam memperoleh rezeki. Selain itu, Islam menekankan kepemilikan sosial dan mengajarkan umatnya untuk berbagi rezeki dengan orang lain. 

Keyakinan akan keadilan Allah dan penghargaan serta syukur atas segala rezeki adalah aspek penting dari keimanan Islam. Rezeki juga mencakup hal-hal non-materi seperti ilmu dan kesehatan. Dengan memahami makna dan nilai rezeki, umat Muslim diharapkan untuk hidup dengan kesyukuran, tawakal, dan kepedulian sosial.

Akan tetapi, di sisi lain tidak sedikit orang yang mengalami rezekinya terhambat. Rezeki yang diusahakan sulit untuk didapatkan dan terhalang oleh sesuatu, padahal orang tersebut telah bekerja keras.

Lantas, apa penyebab sempitnya rezeki? Simak penjelasannya pada artikel ini, ya!

Baca Juga:

Hukum Pinjaman Online dalam Islam

Penyebab Sempitnya Rezeki Seseorang

Dalam Islam, sempitnya rezeki dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor atau penyebab. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempersempit rezeki seseorang dalam perspektif Islam, antara lain:

1. Ketidakpatuhan terhadap Hukum-Hukum Allah

Jika seseorang melanggar hukum-hukum dan aturan-aturan Islam, rezeki mereka dapat menyusut. Misalnya, jika seseorang terlibat dalam riba atau memakan harta yang diperoleh secara haram, hal ini dapat mengakibatkan sempitnya rezeki.

2. Kurangnya Ketaatan dan Taqwa

Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT adalah prinsip penting dalam Islam. Jika seseorang kurang dalam hal ini, maka rezeki mereka dapat terhambat.

3. Kurangnya Bersyukur

Islam mengajarkan pentingnya bersyukur atas segala rezeki yang diberikan. Jika seseorang tidak bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah SWT, maka hal ini dapat menyebabkan sempitnya rezeki.

4. Boros dan Mubazir

Menghambur-hamburkan harta atau menggunakan uang dengan cara yang tidak bijak dan membuang-buang sumber daya adalah tindakan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Hal ini dapat mengakibatkan sempitnya rezeki.

5. Sikap Dengki dan Iri Hati

Sikap iri hati terhadap keberhasilan dan rezeki orang lain dapat mengganggu rezeki seseorang sendiri. Islam mengajarkan pentingnya mencegah dan mengendalikan perasaan dengki.

6. Mengabaikan Hak Orang Lain

Tidak memenuhi hak-hak orang lain atau melakukan kecurangan dalam urusan keuangan dapat mengakibatkan sempitnya rezeki. Islam mengajarkan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam urusan keuangan.

7. Kurangnya Usaha dan Kerja Keras

Islam mengajarkan pentingnya usaha dan kerja keras untuk memperoleh rezeki. Jika seseorang malas atau tidak mau berusaha, maka rezeki mereka dapat terbatas.

Baca Juga:

Dampak Riba di Dunia-Akhirat

8. Ketidaksabaran dan Keputusasaan

Ketidaksabaran dan keputusasaan dapat menghambat rezeki seseorang. Islam mengajarkan pentingnya sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan atau kesulitan.

9. Tidak Menunaikan Kewajiban Agama

Menunaikan kewajiban agama seperti shalat, zakat, dan ibadah lainnya adalah penting dalam Islam. Jika seseorang tidak memenuhi kewajiban-kewajiban ini, maka hal ini dapat mempersempit rezeki mereka.

10. Kurangnya Niat Baik

Niat dan tujuan yang baik dalam penggunaan rezeki juga penting dalam Islam. Jika seseorang menggunakan rezeki mereka dengan niat yang buruk atau untuk tujuan yang tidak baik, hal ini dapat mempengaruhi rezeki mereka.

Dalam Islam, penting untuk memahami bahwa rezeki adalah ujian dari Allah SWT dan seseorang harus selalu berusaha untuk memperolehnya dengan cara yang halal dan memanfaatkannya dengan bijak dan bertanggung jawab. Tindakan-tindakan yang melanggar prinsip-prinsip agama dan etika Islam dapat mengakibatkan sempitnya rezeki.

Sumber:

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6973712/5-penyebab-sempitnya-rezeki-seseorang-salah-satunya-tidak-pernah-merasa-cukup/amp

Wajib Catat! 7 Keutamaan Salat Berjamaah di Masjid

Salat berjamaah merupakan ibadah salat yang dikerjakan secara bersama-sama atau paling sedikit dua orang. Satu orang akan menjadi imam dan lainnya akan menjadi makmum. Pada dasarnya, hukum melaksanakan salat berjamaah adalah sunnah muakkad atau sangat dianjurkan. Hal ini dikarenakan terdapat sejumlah keutamaan dan manfaat bagi mereka yang mengerjakannya.

Apa saja itu? Simak penjelasannya di bawah ini!

Keutamaan Salat Berjamaah

Salat berjamaah memiliki keutamaan dan nilai penting dalam Islam. Beberapa di antaranya, yaitu:

1. Mendapatkan Pahala Berlipat Ganda

Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa mereka yang melaksanakan salat berjamaah akan memperoleh balasan pahala yang berlipat ganda, sebanyak 25 kali. Hal ini tercantum dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA yang berbunyi:

صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا

Artinya: “Sholat seorang laki-laki secara berjamaah dilipatgandakan pahala sebanyak dua puluh lima kali lipat daripada sholat di rumah atau di pasarnya.” (HR Bukhari)

Baca Juga:

7 Orang yang Akan Didoakan Malaikat

2. Diampuni Dosanya

Barangsiapa yang selalu bersemangat pergi untuk melaksanakan salat berjamaah, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Hal ini juga dicantumkan dalam hadis riwayat muslim yang berbunyi:

مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ، فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ

Artinya: “Barang siapa yang menyempurnakan wudhu, lalu pergi untuk sholat wajib bersama orang-orang atau secara berjamaah atau ia sholat di masjid maka Allah ampuni dosa-dosanya.” (HR Muslim)

3. Didoakan Malaikat

Mereka yang melaksanakan salat berjamaah dengan tidak melakukan perbuatan menyakiti atau tidak berhadats akan didoakan oleh para malaikat. Hal ini dijelaskan dalam hadis riwayat Bukhari yang berbunyi:

فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ: اللَّهُمَّ صَلَّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ

Artinya: “Apabila ia masih sholat, maka para malaikat mendoakannya selama berada di tempat sholat: Ya Allah ampunilah ia, ya Allah sayangilah ia.” (HR Bukhari)

4. Dinaikkan Derajatnya

Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap langkah seseorang yang ingin melaksanakan salat berjamaah bernilai kebaikan baginya, sehingga ia akan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Hal ini disampaikan dalam hadis riwayat Muslim yang berbunyi:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ، كَانَتْ خَطْوَنَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحْطُ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

Artinya: “Barangsiapa yang bersuci di rumahnya, lalu ia pergi ke rumah Allah (tempat sholat) untuk melaksanakan sholat wajibnya, maka tiap langkahnya salah satunya menghapus dosa dan satunya lagi mengangkat derajat.” (HR Muslim)

Baca Juga:

Keutamaan Membaca Asmaul Husna

5. Menjaga Persatuan dan Kebersamaan Umat Muslim

Persatuan dan kebersamaan umat muslim dapat semakin dieratkan, melalui salat berjamaah di masjid. Ketika umat muslim berkumpul di masjid, mereka akan merasakan kebersamaan, saling mengenal dan memperkuat ikatan sosial antar sesamanya.

6. Mendapatkan Cahaya di Hari Kiamat

Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa kehadiran seorang muslim dalam salat berjamaah di masjid akan memberikannya keberkahan dan perlindungan di akhirat. Mereka yang melaksanakannya akan diberi cahaya di hari kiamat untuk menerangi jalannya menuju surga.

7. Perlindungan dari Godaan Syaitan

Ketika seorang muslim berada di masjid, maka syaitan akan menjauhinya sehingga ia dapat melaksanakan salat dengan khidmat dan khusyuk.

Sumber:

Baznas.go.id. (2023). Hikmah Salat Berjamaah di Masjid

Ini Fatwa MUI tentang Boikot Produk Israel

/fatwa-mui-produk-israel

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan keputusan mengenai boikot produk Israel maupun produk yang mendukung Israel. Berikut ini penjelasannya.

Isi Fatwa MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Pejuang Palestina. Fatwa tersebut mengatakan bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib, sedangkan mendukung agresi Israel terhadap Palestina hukumnya haram.

Berikut ini bunyi fatwa MUI tentang produk Israel.

Memutuskan

Menetapkan : Fatwa Tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina

Pertama : Ketentuan Hukum

1. Mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib.

2. Dukungan sebagaimana disebutkan pada point (1) di atas, termasuk dengan mendistribusikan zakat, infaq dan sedekah untuk kepentingan perjuangan rakyat Palestina.

3. Pada dasarnya dana zakat harus didistribusikan kepada mustahik yang berada di sekitar muzakki. Dalam hal keadaan darurat atau kebutuhan yang mendesak dana zakat boleh didistribusikan ke mustahik yang berada di tempat yang lebih jauh, seperti untuk perjuangan Palestina.

4. Mendukung agresi Israel terhadap Palestina atau pihak yang mendukung Israel baik langsung maupun tidak langsung hukumnya haram.

Baca Juga:

Amalan ini Dapat Membuat Hati Tentram

Tujuan Penerbitan

Melalui fatwa tersebut, MUI menilai agresi dan aneksasi Israel terhadap Palestina telah mengakibatkan korban jiwa berjatuhan, korban luka yang tidak terhitung, ribuan warga mengungsi, serta hancurnya rumah, gedung, serta fasilitas publik.

Pada fatwa tersebut, MUI mengimbau umat Islam agar mendukung perjuangan Palestina, seperti gerakan menggalang dana kemanusiaan dan perjuangan, mendoakan untuk kemenangan, dan melakukan salat gaib untuk para korban di Palestina.

Selain itu, fatwa MUI meminta pemerintah untuk mengambil langkah-langkah tegas membantu perjuangan Palestina, seperti melalui jalur diplomasi di PBB untuk menghentikan perang dan sanksi pada Israel, pengiriman bantuan kemanusiaan, dan konsolidasi negara-negara OKI untuk menekan Israel menghentikan agresi.

Kemudian, fatwa MUI juga merekomendasikan agar umat Islam menghindari penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel atau produk yang mendukungnya.

Baca Juga:

Tanda-tanda Meninggal secara Husnul Khatimah

Sumber:

Tentang Fatwa MUI

Daftar Produk yang Pro Israel

Etika Bersedekah dalam Islam

Bersedekah dalam Islam merupakan suatu tindakan pemberian atau sumbangan secara sukarela yang dilakukan oleh individu atau kelompok kepada orang lain atau entitas yang membutuhkan, dengan tujuan untuk memperoleh pahala di sisi Allah SWT. Sedekah adalah salah satu dari lima rukun Islam dan merupakan aspek penting dalam kehidupan umat Muslim.

Tindakan ini mencerminkan nilai-nilai keadilan, kasih sayang dan solidaritas sosial. Sedekah juga dianggap sebagai cara untuk membersihkan harta dan jiwa dari sifat serakah, serta memperoleh keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:

3 Kemuliaan Memuliakan Anak Yatim

Dalam surah Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah akan melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dengan bersedekah, umat Islam diingatkan untuk senantiasa peduli terhadap sesama manusia, membantu mereka yang membutuhkan, dan membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan. Hal ini juga merupakan salah satu cara untuk memperkuat tali persaudaraan dalam komunitas Muslim dan memperluas rasa persatuan di antara umat manusia secara keseluruhan.

Meskipun begitu, ketika bersedekah, tentu ada sejumlah etika yang perlu diperhatikan agar sedekah yang diberikan menghasilkan keberkahan bagi semua orang. Apa saja etika tersebut? Simak penjelasannya di bawah ini!

Apa saja Etika dalam Bersedekah?

Etika dalam bersedekah sangatlah penting dalam Islam, karena membantu memastikan bahwa tindakan kebaikan ini dilakukan dengan cara yang benar dan bermanfaat. Berikut adalah beberapa etika yang perlu diperhatikan ketika melakukan bersedekah dalam Islam:

1. Ikhlas

Niat yang ikhlas adalah aspek terpenting dalam bersedekah. Bersedekah harus dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT dan membantu sesama manusia, bukan untuk mencari pujian atau pengakuan dari orang lain.

2. Rahasia dan Tidak Berlebihan

Dalam Islam, disarankan untuk menjaga kerahasiaan bersedekah sebisa mungkin. Maksudnya, tidak perlu memamerkan atau memberi tahu orang lain tentang jumlah atau jenis bantuan yang diberikan.

3. Adil

Sebagai seorang Muslim, penting untuk memperlakukan semua penerima bantuan dengan adil dan tidak membeda-bedakan berdasarkan agama, ras atau status sosial. Semua orang yang membutuhkan perlu diberi pertolongan yang seadil-adilnya.

4. Menghormati Martabat Penerima

Saat memberi bantuan, penting untuk melakukannya dengan hormat dan penuh penghargaan terhadap martabat penerima. Pemberi sedekah tidak boleh memandang rendah atau mempermalukan mereka.

5. Membantu Orang yang Membutuhkan dengan Bijak

Sebelum memberi bantuan, penting untuk memastikan bahwa bantuan tersebut akan benar-benar membantu penerima dan tidak akan memberikan dampak negatif atau ketergantungan yang berlebihan.

Baca Juga:

7 Orang yang Akan Didoakan Malaikat

6. Menjaga Privasi Orang yang Membutuhkan

Jika bantuan diberikan secara langsung kepada individu tertentu, pastikan untuk melakukannya dengan hormat dan menjaga privasi mereka. Hindari mempublikasikan atau membagikan informasi pribadi tanpa izin mereka.

7. Bersedekah Secara Teratur dan Konsisten

Islam mendorong umatnya untuk memberi sedekah secara teratur, meskipun jumlahnya kecil. Konsistensi dalam bersedekah membantu membangun kebiasaan kebaikan dan membantu memenuhi kebutuhan yang terus-menerus.

Sumber:

Etika dalam Bersedekah