8 Pintu Surga yang Wajib Diketahui Umat Islam

pintu surga

Dalam Islam, terdapat beberapa pintu surga yang akan memberikan akses kepada umat Muslim yang telah beriman dan beramal shaleh, selama hidup di dunia. Beberapa hadis Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa terdapat delapan pintu surga. 

Setiap pintu memiliki karakteristik khusus yang mencerminkan berbagai amalan baik yang dilakukan oleh umat Muslim. Misalnya, ada pintu khusus untuk orang-orang yang rajin berpuasa, pintu bagi yang dermawan, dan lain sebagainya.

Artikel ini akan membahas delapan pintu surga tersebut. Simak hingga selesai!

Macam-macam Pintu Surga

Salah satu konsep penting dalam ajaran Islam mengenai kehidupan akhirat adalah keberadaan delapan pintu surga. Pintu-pintu ini diyakini sebagai jalur masuk yang berbeda-beda bagi umat Muslim yang telah menjalani kehidupan dunia dengan iman dan amal shaleh.

Berikut ini delapan pintu surga dalam Islam:

1. Pintu untuk Orang yang Rajin Berpuasa

Puasa merupakan salah satu pilar utama dalam Islam. Mereka yang menjalankannya dengan penuh kesungguhan diyakini akan memperoleh keberkahan di dunia dan akhirat. Pintu ini menjadi simbol penghargaan bagi umat Muslim yang mampu menahan diri dari makan dan minum selama bulan Ramadhan, serta menjalankan puasa sunnah di hari-hari lainnya. 

Hadis Nabi Muhammad SAW menyiratkan bahwa pintu ini adalah jalan bagi mereka yang mengabdi kepada Allah SWT dengan ketekunan dalam menjalankan kewajiban ibadah puasa.

Baca Juga:

Apa yang Membuat Doa Kita Tidak Terkabul?

2. Pintu untuk Orang yang Rajin Shalat

Shalat merupakan ibadah yang sangat penting dalam Islam. Allah SWT menjanjikan keberkahan dan surga bagi mereka yang melaksanakannya dengan khusyuk dan penuh ketaqwaan. 

Pintu surga ini diperuntukkan bagi orang yang rajin melaksanakan shalat lima waktu, serta melengkapinya dengan shalat sunnah. Pintu ini mencerminkan keutamaan dan penghargaan bagi mereka yang memprioritaskan ibadah shalat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

3. Pintu untuk Orang yang Khusyuk dalam Ibadah Haji dan Umrah

Ibadah haji dan umrah merupakan kewajiban bagi umat Muslim yang mampu melaksanakannya. Pintu surga ini dikhususkan bagi mereka yang menjalankan ibadah haji dengan penuh kekhusyukan dan kesungguhan. 

Mereka yang menunaikan rukun-rukun haji dengan benar dan menjalani umrah dengan hati yang tulus diyakini akan memasuki surga melalui pintu ini.

4. Pintu untuk Orang yang Banyak Bersedekah

Bersedekah bukan hanya sebatas memberikan harta, tetapi juga mencakup memberikan bantuan, kebaikan, dan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Terdapat hadis yang menggambarkan bahwa Allah menghargai dan memberkahi hamba-Nya yang gemar berbagi rezeki dengan sesama. Pintu ini menunjukkan bahwa kekayaan sejati terletak bukan hanya pada harta, tetapi juga pada kepedulian dan kebaikan hati terhadap orang lain.

5. Pintu untuk Orang yang Menjaga Kemuliaan dan Kejujuran

Pintu ini dikhususkan bagi orang-orang yang menjaga kemuliaan diri dan memiliki integritas tinggi. Kejujuran dan kepercayaan adalah nilai-nilai yang sangat ditekankan dalam Islam. Mereka yang memegang teguh prinsip-prinsip ini diyakini akan mendapatkan tempat di surga melalui pintu ini. 

6. Pintu untuk Orang yang Menjauhi Perbuatan Haram dan Dosa Besar

Islam mengajarkan pentingnya menjauhi perbuatan haram dan dosa besar. Pintu ini adalah pintu surga untuk orang-orang yang mampu menjaga diri dari perbuatan dosa besar seperti riba, zina, dan maksiat lainnya. Mereka yang bertaubat dan berusaha menjauhkan diri dari dosa-dosa ini diyakini akan mendapatkan tempat di surga melalui pintu ini.

7. Pintu untuk Orang yang Menjaga Hubungan Silaturahmi

Silaturahmi atau menjaga hubungan kekeluargaan dan persaudaraan memiliki nilai yang tinggi dalam Islam. Pintu ini dikhususkan bagi orang-orang yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan saudara-saudara seiman. 

Baca Juga:

Penyebab Terhalangnya Hidayah

8. Pintu untuk Orang yang Menjaga Amanah dan Janji

Menjaga amanah dan janji merupakan nilai moral yang sangat ditekankan dalam Islam. Pintu ini diperuntukkan bagi orang-orang yang dapat dipercaya dan menjalankan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya. 

Sumber Referensi:

8 Pintu Surga

10 Pemuda Islam Terbaik dalam Memajukan Agama Islam

Sepanjang sejarah peradaban Islam, tokoh pemuda islam lah yang memegang peranan penting dalam memajukan agamanya. Mereka membawa banyak sekali perubahan positif bagi kemaslahatan umat dan menyumbang banyak sekali ilmu pengetahuan.

Tidak hanya menggeluti ilmu keagamaan namun mereka mendalami berbagai keilmuan, kegiatan sosial, politik dan masih banyak lagi. Artikel ini akan membahas daftar 10 tokoh pemuda Islam terbaik yang pernah ada dalam sejarah Islam. Simak penjelasannya hingga selesai!

Pemuda Islam dan Peranannya

Peran pemuda Islam memiliki signifikansi yang besar dalam menjalankan ajaran agama dan mengembangkannya di lingkup masyarakat. Pemuda dianggap sebagai tulang punggung masa depan umat Islam dan mereka memiliki tanggung jawab moral serta sosial untuk mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Pemuda diharapkan menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan di segala aspek kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi dan sosial. Mereka dianjurkan untuk mengembangkan akhlak yang baik, berusaha mencapai keunggulan dalam ilmu pengetahuan dan aktif berkontribusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi umat Islam serta masyarakat pada umumnya.

Dengan demikian, peran pemuda dalam Islam bukan hanya sebatas sebagai generasi penerus tetapi juga sebagai pelaku utama dalam membangun masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai keagamaan. 

Berikut ini terdapat beberapa tokoh pemuda Islam terbaik yang bisa dijadikan contoh oleh kita sebagai generasi pemuda, antara lain:

1. Muhammad Al-Fatih

Muhammad Al-Fatih, dikenal juga sebagai Sultan Muhammad II atau Mehmed the Conqueror, adalah pemimpin Utsmaniyah yang terkenal karena berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. 

Penaklukan ini menjadi momen krusial dalam sejarah dunia maupun sejarah Islam karena kepemimpinannya berhasil mengakhiri Kekaisaran Romawi Timur dan membuka jalan bagi Kesultanan Utsmaniyah untuk mendominasi wilayah tersebut. Keberhasilan Al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel menandai peralihan kekuasaan yang signifikan dan menetapkan dasar bagi pengaruh Utsmaniyah yang meluas di kawasan tersebut.

Baca Juga:

Keutamaan Puasa Sunnah Senin-Kamis

2. Zaid bin Tsabit

Ketika Zaid masih berusia 11 tahun, ia dan keluarganya memeluk Islam setelah bertemu dengan Rasulullah SAW saat beliau hijrah ke Madinah. Seiring bertambahnya usia, keberanian dan kecerdasan Zaid terus berkembang. 

Ia dikenal sebagai sosok yang memahami bidang kehakiman, fatwa, qira’ah dan fara’idh. Bahkan, Zaid mulai menuliskan wahyu (Al Qur’an) yang diturunkan melalui Rasulullah SAW. Berkat kecerdasannya, Rasulullah SAW meminta Zaid untuk mempelajari bahasa asing, seperti aksara Yahudi, sebagai persiapan untuk menyebarkan Islam ke dunia luar Arab.  Dengan tekun, Zaid menjalankan tugas ini hingga ia pun fasih dalam menulis dan berbicara bahasa Yahudi, dalam waktu singkat. 

Sejak saat itu, Zaid berperan sebagai penerjemah dan menulis surat-surat ketika Nabi mengirim atau menerima surat dari para penguasa dan raja di seluruh dunia. Dapat dikatakan bahwa Zaid menjadi tangan kanan Rasulullah SAW dan memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam.

3. Muhammad Al-Qasim

Muhammad Al-Qasim dikenal sebagai tokoh panglima perang Muslim terkemuka yang berhasil menaklukkan Sindh yang kini merupakan bagian dari Pakistan. Keberhasilan penaklukan ini menjadi sarana untuk penyebaran Islam di wilayah tersebut. Muhammad Al-Qasim diakui atas kecerdasan taktik militernya dan kemampuannya dalam mendirikan pemerintahan yang stabil.

4. Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijamin surga oleh Nabi Muhammad SAW dan dikenal sebagai pejuang pemberani. Ia merupakan salah satu pemuda Islam yang aktif terlibat dalam pertempuran-pertempuran krusial seperti Badar, Uhud, dan Khaibar. Selain itu, Zubair juga memiliki keahlian di bidang ekonomi dan bisnis. Berkat keahliannya, ia turut mengembangkan Islam di bidang tersebut.

5. Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah, seorang pemuda anggota suku Quraisy, memeluk Islam melalui bantuan keponakannya, anak dari pamannya yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Selama hidupnya, Rasulullah SAW memberinya beberapa gelar, seperti Thalhah Al-Khair (Thalhah yang baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang murah hati) dan Thalhah Al-Jud (Thalhah yang dermawan).

Salah satu kisah paling terkenal tentang Thalhah terjadi selama perang Uhud, di mana ia berperan sebagai pelindung Rasulullah SAW dari serangan musuh. Meskipun sempat ditemukan terluka parah dan dianggap telah syahid, Thalhah ternyata hanya pingsan dan kemudian sadar. Akibatnya, Rasulullah memberinya gelar syahid yang masih hidup sebagai penghargaan atas keberanian dan pengorbanannya.

Baca Juga:

Ilmuwan Muslim Berpengaruh di Dunia

6. Sa’ad bin Abi Waqqash

Sa’ad bin Abi Waqqash adalah tokoh pemuda Islam sekaligus orang ketiga yang memeluk Islam karena sudah mengenal dengan baik sifat-sifat jujur dan amanah Rasulullah SAW, terlebih lagi karena Sa’ad adalah paman beliau. Suatu saat, Rasulullah SAW menyampaikan, “Inilah pamanku, perlihatkan kepada saya sikap hormatmu terhadap pamanku!”

Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal akan keberaniannya, kecerdasannya dalam hal strategis dan keteguhan imannya. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, ia diangkat sebagai gubernur Kufah dan berperan besar dalam perluasan wilayah kekhalifahan Islam.

7. Khalid bin Walid

Khalid bin Walid dikenal sebagai tokoh pemuda Islam sekaligus panglima perang Muslim terkemuka pada periode awal penyebaran Islam. Hal ini dikarenakan keberaniannya dalam pertempuran dan kemampuannya dalam strategi militer. Khalid berperan penting dalam penaklukan Mekah dan menyebarkan Islam di wilayah Arab Saudi. 

Selain itu, ia juga terlibat dalam Pertempuran Mu’tah dan Pertempuran Yarmuk, di mana kepemimpinannya memainkan peran krusial dalam meraih kemenangan. Khalid bin Walid diakui sebagai salah satu komandan militer terbesar dalam sejarah Islam.

8. Shalahuddin al-Ayubi

Shalahuddin al-Ayubi dikenal sebagai seorang panglima perang Muslim yang berhasil merebut kembali Yerusalem dari tangan Tentara Salib pada tahun 1187. Ia dianggap sebagai tokoh yang berjasa dalam melindungi wilayah-wilayah Muslim dari invasi Tentara Salib. 

Shalahuddin al-Ayubi juga terkenal karena sikapnya yang adil dan kebijaksanaannya terhadap musuh-musuhnya. Keberhasilannya dalam kepemimpinan dan keteguhan dalam mempertahankan nilai-nilai Islam, menjadikannya sebagai tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah Islam.

9. Usamah bin Zaid

Usamah bin Zaid dikenal sebagai tokoh pemuda Islam sekaligus panglima perang hebat pada zamannya. Ia berhasil meraih julukan Hibbu Rasulullah yang artinya sangat dicintai oleh Rasulullah SAW.

Selama hidupnya, Usamah bin Zaid sering kali mendapat perhatian khusus dari Rasulullah SAW. Beliau memberikan perlindungan kepada Usamah dalam situasi tertentu dan bahkan mempercayakan padanya tanggung jawab sebagai pemimpin pasukan perang, meskipun Usamah masih berusia muda. 

Saat umat Muslim bersiap menyerang wilayah kekaisaran Byzantium di Balqa, Rasulullah SAW memilih Usamah sebagai pemimpin perang. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan dan kepemimpinan Usamah bin Zaid.

10. Ali bin Abi Thalib

‘Ali bin Abi Thalib merupakan muslim pertama dari kalangan pemuda, bahkan pada saat itu usianya hanya sepuluh tahun. Pada suatu waktu, ‘Ali melihat Nabi dan Khadijah sedang melaksanakan salat dan rasa penasaran mendorongnya untuk bertanya. Nabi memberikan penjelasan bahwa dirinya diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan agama yang berdasarkan pada tauhid dan mengesakan Allah SWT. 

Terkesan dengan penjelasan tersebut, ‘Ali mengucapkan syahadat dan berencana untuk memberi tahu ayahnya. Akan tetapi, Nabi melarangnya dan meminta ‘Ali untuk menyatakan keislamannya secara diam-diam, seperti yang dilakukan oleh para sahabat lainnya.

Baca Juga:

Keutamaan Salat Berjamaah di Masjid

Peran ‘Ali dalam membela risalah yang dibawa oleh Nabi sangatlah besar, salah satu contohnya adalah saat ia melindungi Nabi dari rencana pembunuhan oleh suku Quraisy. Ali dengan berani menempatkan nyawanya dalam bahaya dengan berbaring di tempat tidur Nabi. 

Saat suku Quraisy mengepung tempat tidur Nabi dan berencana membunuh sosok yang sedang tidur di balik selimut, ternyata orang itu adalah Ali. Rencana tersebut akhirnya gagal karena Rasulullah SAW dan Abu Bakar berhasil hijrah ke Madinah.

Sumber referensi:

6 Tokoh Pemuda Islam

4 Pemuda di Sekitar Nabi Muhammad

9 Ciri Sahabat yang Baik Menurut Islam, Kamu Punya?

Rasulullah SAW selalu mengingatkan umatnya untuk senantiasa berhati-hati dalam memilih teman ataupun sahabat. Hal ini dikarenakan nilai seorang muslim akan ditentukan dengan siapa mereka bersahabat.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengatakan bahwa:

“Seseorang menurut agama dinilai dari sahabat dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Lantas, bagaimana ciri-ciri sahabat yang baik menurut Islam? Simak penjelasannya di bawah ini!

Ciri Sahabat yang Baik Menurut Islam

Terdapat 9 ciri sahabat yang baik menurut Islam, antara lain:

1. Beriman kepada Allah SWT dan Rajin Beribadah

Sahabat yang baik menurut menurut Islam adalah mereka yang memiliki ketaatan dalam beribadah. Mereka selalu mengedepankan hubungan spiritual dengan Allah SWT dan memperkuat ikatan tersebut melalui konsistensi dalam melaksanakan salat, rajin membaca Al-Quran, serta menerapkan amalan-amalan yang dianjurkan. Hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa mereka adalah sosok yang dapat menjadi pengingat bagi kita untuk memperbaiki diri.

2. Pintar

Seorang Muslim yang layak dijadikan sahabat adalah yang memiliki kecerdasan. Mereka yang kurang berpengetahuan dianggap memiliki potensi untuk menimbulkan masalah meskipun niat mereka baik.

Imam Al-Ghazali pernah berkata:

فإذا طلبت رفيقا ليكون شريكك في التعلم، وصاحبك في أمر دينك ودنيا فراع فيه خمس خصال: الأولى: العقل: فلا خير في صحبة الأحمق، فإلى الوحشة والقطيعة يرجع آخرها، وأحسن أحواله أن يضرك وهو يريد أن ينفعك، والعدو العاقل خير من الصديق الأحمق

Artinya: “Bila kau ingin mencari sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan agama dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini. Pertama, akalnya. Tiada mengandung kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir dengan keengganan dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa mengatakan, ‘Musuh yang cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu.”

Baca Juga:

Pedoman Adab Bersosial Media dalam Islam

3. Sosok yang Ceria

Menjalin persahabatan dengan seseorang yang senantiasa penuh semangat dan menyebarkan aura positif dapat mengangkat mood dan membuat suasana hati kita menjadi lebih cerah. Terutama, ketika kita sedang menghadapi sebuah masalah, memiliki teman yang penuh keceriaan seperti ini dapat membantu kita merasa lebih lega.

4. Memiliki Akhlak yang Terpuji

Sahabat yang baik adalah mereka yang memiliki budi pekerti yang baik, tidak hanya dalam keadaan normal namun juga ketika mereka sedang marah. Seorang Muslim yang mampu mengendalikan emosinya saat marah dianggap memiliki kemampuan untuk menonjolkan akhlak yang baik.

5. Saleh dan Salehah

Imam Al-Ghazali juga mengajarkan umat muslim untuk menjauhi pertemanan dengan mereka yang terus menerus terlibat dalam perbuatan dosa besar. Sebaliknya, kita disarankan untuk mencari teman yang memiliki perilaku saleh dan salehah, yaitu orang-orang yang konsisten menjauhi perbuatan dosa besar.

Dalam Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 28, Allah SWT berfirman:

وَلا تُطِع مَن أَغفَلنا قَلبَهُ عَن ذِكرِنا وَاتَبَعَ هَواهُ وَكانَ أَمرُه فُرُطا

Artinya: “Jangan kau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya untuk mengingat Kami dan orang yang mengikuti hawa nafsu dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

6. Tidak Serakah

Seseorang yang pantas dijadikan sebagai sahabat menurut pandangan Islam adalah mereka yang tidak memiliki sifat serakah terhadap dunia. Hal ini dikarenakan kecenderungan serakah pada seseorang dapat menular. Oleh karena itu, sebaiknya setiap muslim menjauhi persahabatan dengan seseorang yang terlalu terikat pada kecintaan berlebihan terhadap dunia.

7. Selalu Berbaik Sangka

Seorang Muslim seharusnya mencari sahabat yang selalu berbaik sangka karena sikap ini merupakan nilai yang sangat dihargai dalam Islam. Berbaik sangka menunjukkan kepercayaan dan keyakinan positif terhadap niat dan tindakan mereka, bahkan dalam situasi yang mungkin dapat menimbulkan keraguan. 

Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk memupuk hubungan dengan penuh kepercayaan dan kasih sayang, sehingga kita dapat membangun lingkungan sosial yang harmonis, saling mendukung dan menguatkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:

Keistimewaan Membaca Surah Al-Baqarah

8. Selalu Berkata Jujur

Menurut pandangan Islam Kejujuran merupakan sifat yang sangat esensial bagi seorang sahabat. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menegaskan pentingnya berhati-hati dan tidak memilih sahabat yang suka berbohong. Islam mengingatkan umatnya untuk menjauhi sahabat-sahabat yang tidak jujur, karena sifat pendusta dapat merugikan dan membawa seseorang pada jalur kesesatan.

9. Tidak Mengumbar Aib Teman

Seorang Muslim diimbau untuk mencari sahabat yang tidak mengumbar aib temannya sendiri ataupun orang lain karena nilai-nilai etika dan moral sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Mengumbar aib teman dapat mengakibatkan kerusakan dalam hubungan sosial. 

Sumber Referensi:

Ciri Sahabat Sejati Menurut islam

7 Keistimewaan Wanita Hamil dalam Islam

Wanita hamil dalam Islam merupakan hal luar biasa yang diberikan Allah SWT bagi seorang wanita setelah menikah. Hal ini dikarenakan proses mengandung yang dilalui oleh seorang ibu tidaklah mudah, bahkan mereka harus bertarung nyawa demi melahirkan buah hatinya.

Dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15, Allah SWT mengatakan:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

Artinya: “Kami perintahkan kepadamu supaya berbuat baik kepada dua orang, yakni ibu dan bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya, maka ia akan mendapat pahala yang setimpal.” (QS. Al Ahqaf: 15).

Kemudian, Allah SWT juga menyatakan beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh wanita hamil dan akan dijelaskan di bawah ini. Simak hingga selesai, ya!

Baca Juga:

Tanggung Jawab Seorang Ayah Tiri

Keistimewaan Wanita Hamil

Beberapa keistimewaan yang dimiliki wanita hamil dalam Islam, antara lain:

1. Salatnya Lebih Utama

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda bahwa:

“Dua rakaat shalat ibu hamil menjadi lebih baik dibandingkan dengan 80 rakaat shalat yang dilakukan perempuan tidak hamil.” (HR. Muslim)

Keutamaan ini diberikan karena wanita hamil mengandung janin di dalam perutnya, sehingga janin yang dikandung pun dianggap turut melakukan salat, mendengar bacaan salat dan ikut sujud bersama sang ibu yang sedang menghadap Allah SWT.

2. Dilipatgandakan Pahalanya

Wanita hamil akan memperoleh ganjaran pahala yang berlipat ganda sebab Rasulullah SAW pernah berkata bahwa seorang ibu hamil akan mendapatkan pahala 70 tahun salat dan juga puasa.

Hal ini terjadi karena wanita hamil selalu membawa amanah Allah SWT berupa janin ke mana pun ia pergi setiap harinya. Oleh karena itu, sangat wajar apabila wanita hamil mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

3. Pahala Mati Syahid

Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Ahmad, beliau mengatakan bahwa:

“Mati syahid itu ada tujuh, selain mati terbunuh dalam perang fisabilillah, yaitu: mati karena penyakit tha’un, mati karena tenggelam, mati karena penyakit lambung, mati karena sakit perut, mati karena terbakar, mati karena tertimpa reruntuhan, dan wanita yang mati karena hamil atau melahirkan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i dan Malik).

Kedudukan wanita hamil sangatlah tinggi, sehingga apabila ia meninggal saat masa kehamilan atau proses melahirkan, maka hal ini menunjukkan betapa besar harkat yang diberikan oleh Allah SWT.

Baca Juga:

Macam-macam Doa saat Hujan Turun

4. Berjihad di Jalan Allah SWT

Wanita yang mulai merasakan sakit ketika hendak bersalin atau melahirkan akan mendapatkan pahala berjihad di jalan Allah SWT. Hal ini disebutkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis, yaitu:

“Mati syahid ada 7 jenis selain gugur di jalan Allah: korban meninggal karena wabah tha’un adalah syahid, korban meninggal karena sakit perut juga syahid, korban tenggelam juga syahid, korban meninggal tertimpa reruntuhan juga syahid, korban meninggal karena radang selaput dada juga syahid, korban meninggal terbakar juga syahid, dan wanita meninggal karena hamil adalah syahid.,” (H.R. Nasa`i)

5. Malaikat Beristighfar

Malaikat akan beristighfar untuk wanita yang sedang hamil dan Allah SWT juga akan memberikan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan, serta menghapus 1000 kejahatan yang dimilikinya.

6. Dijanjikan Pahala 12 Tahun

Rasa sakit di sekujur tubuh wanita hamil kerap membuatnya kesulitan untuk tidur. Oleh karena itu, Allah SWT menjanjikannya pahala sebesar 12 tahun pahala ibadah yang dikerjakannya.

7. Diampuni Dosanya

Selain pahala, Allah SWT juga akan mengampuni dosa seorang wanita yang hamil. Tentu saja bagi mereka yang ikhlas menanggung rasa sakit saat masa kehamilan dan melahirkan, serta bagaimana merawat bayinya kelak hingga tumbuh menjadi seseorang yang bermanfaat bagi sekitarnya.

Sumber: 

Kumparan.com. (2022). Janji Allah untuk Ibu Hamil

Catat! 10 Amalan Penggugur Dosa Manusia

Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kehidupan spiritual dan moralnya. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah melakukan amalan-amalan penggugur dosa. Seperti apa? Simak artikel ini hingga selesai!

Apa itu Dosa?

Dalam Islam, dosa merujuk pada pelanggaran atau perbuatan yang bertentangan dengan ajaran dan tuntunan Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Setiap dosa membawa konsekuensi moral dan spiritual bagi individu yang melakukannya. Beberapa jenis dosa yang umum diidentifikasi dalam Islam antara lain:

1. Syirik: Tindakan atau keyakinan yang menempatkan sesuatu atau seseorang setara atau bahkan melebihi Allah SWT. Syirik dianggap sebagai dosa terbesar dalam Islam.

2. Maksiat: Berbagai jenis perbuatan terlarang seperti zina (perzinahan), mencuri, mabuk-mabukan dan lain sebagainya.

3. Riba: Menerima atau memberikan bunga atau keuntungan yang dianggap tidak adil dan merugikan dalam transaksi keuangan.

4. Berkata Dusta atau Ghibah (Pencemaran Nama Baik): Menyebarkan informasi palsu atau merugikan tentang seseorang, atau membicarakan orang lain di belakangnya.

Baca Juga:

5 Sifat Nabi Muhammad SAW yang Patut Diajarkan pada Anak

5. Mengkonsumsi Miras atau Khamr: Mengonsumsi minuman keras atau substansi yang dapat memabukkan.

6. Menyalahgunakan Harta Benda: Termasuk mencuri, merampok, atau menyalahgunakan harta benda milik orang lain.

7. Tidak Menunaikan Kewajiban Ibadah: Tidak menjalankan shalat, tidak membayar zakat atau meninggalkan kewajiban-kewajiban ibadah lainnya.

Amalan-amalan Penggugur Dosa

Setelah memahami apa itu dosa dan jenis-jenisnya, selanjutnya akan dijelaskan beberapa amalan yang bisa umat muslim lakukan untuk menggugurkan dosa tersebut, antara lain:

1. Taubat Nasuha

Taubat adalah kunci untuk membersihkan diri dari dosa. Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh penyesalan dan tekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut.

2. Shalat dan Dzikir

Melaksanakan shalat lima waktu dan berbagai dzikir merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat membantu membersihkan hati dan jiwa, serta dzikir menguatkan hubungan spiritual.

3. Membaca dan Memahami Al-Qur’an

Membaca, merenung dan memahami makna Al-Qur’an adalah cara untuk mendapatkan petunjuk hidup yang benar. Al-Qur’an memberikan petunjuk agar manusia menjauhi dosa dan mendekatkan diri kepada-Nya.

4. Berbuat Baik kepada Sesama

Islam mendorong umatnya untuk berbuat baik kepada sesama, seperti membantu orang lain, beramal sholeh, dan menyebarkan kebaikan.

5. Puasa Sunnah

Puasa tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Melaksanakan puasa sunnah, seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh (tiga hari pertama, tengah, dan akhir bulan Hijriah), dapat membantu membersihkan dosa-dosa kecil.

6. Sedekah dan Infaq

Menunaikan zakat dan memberikan sedekah atau infaq secara rutin adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Hal ini membantu membersihkan harta dari sifat-sifat tidak baik dan dosa-dosa yang terkait dengan harta.

7. Berilmu dan Mengajarkan Ilmu

Mencari ilmu agama dan dunia, serta berbagi ilmu dengan orang lain, merupakan amalan yang dihargai dalam Islam. Ilmu dapat menjadi pelindung dari perbuatan dosa dan kesesatan.

Baca Juga:

Pentingnya Berdzikir Pagi dan Petang

8. Bertaubat Sebelum Tidur

Mengakhiri hari dengan bertaubat kepada Allah SWT adalah sikap yang bijak. Memohon ampunan dan keselamatan sebelum tidur adalah tindakan yang membantu membersihkan diri dari dosa-dosa yang terjadi selama hari tersebut.

9. Menjauhi Perbuatan Haram

Menghindari segala bentuk perbuatan haram, seperti riba, maksiat, dan kecurangan adalah langkah penting dalam menghindari dosa. Islam mengajarkan bahwa menjauhi larangan Allah adalah amalan yang sangat dianjurkan.

10. Berintrospeksi Diri

Melakukan introspeksi diri secara teratur adalah langkah penting dalam memahami kelemahan dan dosa-dosa yang mungkin dilakukan. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang dapat lebih mudah memperbaiki diri dan menghapus dosa-dosa.

Dalam Islam, amalan-amalan tersebut bersifat holistik, mencakup aspek ibadah, moral, sosial, dan pribadi. Penting untuk diingat bahwa niat yang tulus dan konsistensi dalam melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah kunci utama keberhasilan dalam membersihkan diri dari dosa.

Sumber Referensi:

Amalan Sehari-hari Penggugur Dosa

Keutamaan Memiliki Sifat Jujur

Jujur adalah salah satu sifat terpuji yang memiliki kedudukan tinggi dalam ajaran Islam. Kehadiran sifat jujur bukan hanya sebagai nilai moral tetapi juga sebagai landasan etika yang mendasari hubungan manusia dengan Allah SWT dan sesama. Dalam Islam, jujur dianggap sebagai tindakan yang mulia dan memiliki banyak keutamaan. 

Berikut akan dijelaskan beberapa aspek keutamaan memiliki sifat jujur dalam Islam. Simak hingga selesai!

1. Ketaatan terhadap Allah

Dalam Islam, kejujuran adalah cerminan dari ketaatan seseorang terhadap Allah SWT. Allah SWT mencintai hamba-Nya yang jujur dan tulus dalam segala aspek kehidupannya. Seorang Muslim yang jujur menunjukkan penghormatan dan ketaatan yang tulus kepada Allah SWT, karena dia memegang teguh nilai kebenaran yang ditegaskan dalam ajaran Islam.

2. Menjaga Amanah

Kejujuran dalam Islam berarti menjaga amanah. Amanah adalah tanggung jawab atau kepercayaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Sebagai manusia yang jujur, seseorang diharapkan menjaga amanah dengan baik, baik dalam urusan keuangan, perkataan, maupun tindakan. 

Baca Juga:

Keutamaan Membaca Surah Al-Baqarah

Rasulullah SAW bersabda, “Jika amanah telah diabaikan, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari)

3. Menjaga Hubungan Sesama Manusia

Sifat jujur menjadi dasar dari hubungan yang sehat antara sesama manusia. Kejujuran menciptakan kepercayaan dan ketulusan dalam interaksi sosial. Dengan menjadi jujur, seseorang dapat membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain. 

Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah kedustaan, karena kedustaan membawa kepada kefasikan, dan kefasikan membawa kepada neraka.” (HR. Bukhari)

4. Mendapatkan Ridha Allah

 Keutamaan memiliki sifat jujur adalah mendapatkan ridha Allah SWT. Dengan menjalani hidup dengan jujur, seseorang mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih keberkahan dalam hidupnya. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang benar dengan yang bathil, dan janganlah kamu sembunyikan yang benar itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 42)

5. Pahala di Akhirat

Kejujuran akan memberikan pahala yang besar di akhirat. Seorang Muslim yang jujur akan mendapatkan ganjaran yang melimpah dari Allah SWT. 

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang akan terus jujur dan berbicara jujur sehingga dia dikatakan oleh Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keutamaan memiliki sifat jujur dalam Islam mencakup aspek ketaatan kepada Allah, menjaga amanah, membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia, mendapatkan ridha Allah, dan mendapatkan pahala di akhirat. Kejujuran bukan hanya sebuah nilai, tetapi juga sebuah prinsip hidup yang menjadi landasan bagi kehidupan seorang Muslim. 

Baca Juga:

Macam-macam Doa saat Hujan Turun

Dengan menjadikan kejujuran sebagai panduan dalam setiap tindakan, seorang Muslim dapat mengarungi kehidupan dengan penuh integritas dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Referensi:https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6989725/4-keutamaan-sikap-jujur-menurut-hadits-salah-satu-akhlak-mahmudah

7 Hal yang Tidak Boleh Diumbar di Media Sosial

Media sosial telah menjadi bagian integral di kehidupan kita sehari-hari. Hal ini dikarenakan media sosial memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia.

Akan tetapi, sebagai individu yang mengidentifikasi diri dalam kerangka nilai-nilai Islam, ada tanggung jawab moral dan etika yang harus diperhatikan dalam berinteraksi di dunia maya. Artikel ini akan menjelaskan tujuh hal yang tidak boleh diumbar di media sosial menurut perspektif Islam. Simak hingga selesai, ya!

1. Aib dan Privasi

Pada dasarnya, Islam mengajarkan untuk menjaga aib dan privasi orang lain. Menyebarkan informasi atau gambar yang merugikan atau merendahkan martabat seseorang dapat melanggar nilai-nilai etika Islam. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”

2. Gibah dan Namimah

Gibah dan namimah atau pencemaran nama baik adalah perbuatan tercela dalam Islam. Hal ini dikarenakan menyebarluaskan informasi palsu dapat menciptakan ketidakharmonisan di antara sesama Muslim. Selain itu, hal ini juga melanggar nilai-nilai persaudaraan dan toleransi yang diajarkan agama.

Baca Juga:

Doa Mustajab saat Hadapi Masalah

3. Pencemaran Agama

Menyebarkan materi atau komentar yang dapat merendahkan agama Islam atau agama lain bertentangan dengan etika Islam. Islam mengajarkan untuk menghormati keyakinan orang lain dan tidak mengejek atau mencemooh agama lain.

4. Fitnah dan Boikot

Menyebar fitnah atau berpartisipasi dalam upaya untuk merusak hubungan antarindividu atau kelompok merupakan tindakan yang dihindari dalam Islam. Sebaliknya, Islam mendorong untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan toleransi.

5. Kesenangan yang Merugikan

Menampilkan atau berbicara terbuka tentang aktivitas atau materi yang melibatkan hal-hal yang dilarang dalam Islam, seperti minuman keras, judi, atau perilaku asusila, dapat merusak citra individu dan menciptakan pengaruh negatif.

6. Kebohongan dan Sumpah Palsu

Islam sangat menekankan pentingnya kejujuran. Menyebar kebohongan atau sumpah palsu di media sosial bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan kebenaran yang diajarkan agama.

7. Menghina atau Menistakan Agama

Menghina atau menistakan simbol-simbol agama, baik Islam maupun agama lain, di media sosial dapat menimbulkan ketegangan dan mengancam kerukunan antarumat beragama. Islam menekankan pentingnya menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Baca Juga:

Penyebab Terhalangnya Hidayah

Secara keseluruhan, etika di media sosial menurut perspektif Islam mencakup kesadaran akan dampak kata-kata dan tindakan kita terhadap orang lain. Mematuhi prinsip-prinsip ini dapat membantu menciptakan lingkungan daring yang positif dan membantu dalam pembentukan masyarakat yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Sumber: https://www.kominfo.go.id/content/detail/9824/haram-dan-dilarang-dilakukan-di-medsos-menurut-mui/0/sorotan_media#:~:text=Melakukan%20ghibah%2C%20fitnah%2C%20namimah%2C%20dan%20penyebaran%20permusuhan.

Ketahui Hukum Berbelanja Menggunakan Diskon Natal

Menjelang natal, sejumlah toko baik offline maupun online memberikan banyak potongan harga atau diskon natal untuk para pembelinya. Dalam pandangan Islam, hal ini menimbulkan banyak perdebatan dan pendapat.

Sebagian kalangan menganggap bahwa hukum membeli barang diskonan tersebut adalah haram sebab termasuk menyemarakkan hari raya agama lain. Ada juga yang menganggap alasan keharaman tersebut akibat menyerupai perbuatan kaum non-muslim. Akan tetapi, sebagian lainnya berpendapat boleh sebab dikaitkan dengan kebolehan hukum bertansaksi, termasuk kepada pihak non-muslim.

Lantas, bagaimana kita harus bersikap? Mari simak artikel ini hingga selesai!

Pandangan Islam tentang Membeli Barang Diskon Natal

Dalam Islam, terdapat dua pandangan pro dan kontra perihal transaksi atau aktivitas jual-beli menggunakan diskon natal. Kedua pandangan tersebut sama-sama memiliki pembenaran secara fiqhiyyah.

Mereka yang berpendapat haram merujuk pada referensi yang mengarah kepada keharaman menyerupai aktivitas non-muslim misalnya referensi di kitab Al-Mi’yar al-Mu’arrab, fiqih mazhab Maliki yang menegaskan keharaman menerima hadiah saat perayaan agama lain, karena termasuk menyerupai perbuatan non-muslim.

 ورويت أيضا أن يحيى بن يحيى الليثي قال لا تجوز الهدايا في الميلاد من النصراني ولا من مسلم ولا إجابة الدعوة فيه ولا استعداد له. وينبغي أن يجعل كسائر الأيام

Artinya: Saya meriwayatkan bahwa Yahya bin Yahya al-Laitsi berkata: Tidak boleh menerima hadiah saat hari raya kaum Nasrani, baik dari kaum Nasrani atau Muslim, demikian pula haram memenuhi panggilan non-muslim di hari tersebut, dan bersiap-siap untuk menyemarakkannya. Dan wajib menjadikan hari-hari tersebut sebagaimana hari-hari biasanya. (Syekh Ahmad bin Yahya al-Winsyarisi al-Maliki, Al-Mi’yar al-Mu’arrab, juz 11, halaman: 150-152).

Baca Juga:

Keutamaan Membaca Asmaul Husna Setiap Hari

Referensi tersebut menegaskan bahwa kewajiban muslim adalah menjadikan hari-hari raya non-muslim sebagai hari-hari seperti biasa, tidak ada yang perlu dispesialkan untuk menyambut atau menyemarakkan. Apabila aktivitas membeli barang diskon natal menjadi identik dengan aktivitas non-muslim, maka referensi di atas menemukan ruang relevansinya.

Meskipun begitu, terdapat pendapat lain dari kalangan Hanabilah (mazhab Hanbali) yang secara tegas menyebutkan kebolehan membeli barang-barang pada saat momen perayaan hari raya non-muslim. 

Menurut pandangan ini, melakukan aktivitas jual-beli pada momen tersebut bukanlah termasuk menyemarakan hari raya mereka, bukan pula termasuk membantu kemaksiatan atau menyerupai aktivitas non-muslim.

Penjelasan ini sebagaimana disampaikan Syekh Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali sebagai berikut:


وَقَالَ الْخَلَّالُ : فِي جَامِعِهِ ( بَابٌ فِي كَرَاهِيَةِ خُرُوجِ الْمُسْلِمِينَ فِي أَعْيَادِ الْمُشْرِكِينَ ) وَذَكَرَ عَنْ مُهَنَّا قَالَ سَأَلْتُ : أَحْمَدَ عَنْ شُهُودِ هَذِهِ الْأَعْيَادِ الَّتِي تَكُونُ عِنْدَنَا بِالشَّامِ مِثْلَ دَيْرِ أَيُّوبَ وَأَشْبَاهِهِ يَشْهَدُهُ الْمُسْلِمُونَ يَشْهَدُونَ الْأَسْوَاقَ وَيَجْلِبُونَ فِيهِ الْغَنَمَ وَالْبَقَرَ وَالدَّقِيقَ وَالْبُرَّ وَغَيْرَ ذَلِكَ إلَّا أَنَّهُ إنَّمَا يَكُونُ فِي الْأَسْوَاقِ ، يَشْتَرُونَ وَلَا يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ بِيَعَهُمْ قَالَ : إذَا لَمْ يَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ بِيَعَهُمْ وَإِنَّمَا يَشْهَدُونَ السُّوقَ فَلَا بَأْسَ


Artinya: Al-Khallal berkata dalam kitab al-Jami’-nya, bab kemakruhan keluarnya kaum muslim di hari raya kaum musyrik, Al-Khallal menyebutkan dari Syekh Muhanna, ia berkata: Saya bertanya kepada Imam Ahmad tentang hukum menghadiri hari raya non-muslim ini yang diselenggarakan di negara Syam, sebagaimana juga di Dairi Ayyub dan sesamanya. Kaum muslim menyaksikannya, mereka hadir di pasar-pasar dan mengambil kambing, sapi, roti, gandum dan lainnya di tempat tersebut, namun hanya mereka lakukan di pasar-pasar. Mereka membeli namun tidak sampai masuk ke tempat peribadatan kaum non-muslim. Al-Imam Ahmad berkata, bila mereka tidak memasuki tempat peribadatan non-muslim, dan hanya mengahdiri pasar, maka tidak masalah. (Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali, Al-Adab asy-Syar’iyyah, juz , halaman: 123). 

Baca Juga:

Amalan Sunnah Rasul yang Bisa Diterapkan Sehari-hari

Kebolehan dalam referensi di atas harus dibatasi dengan syarat tidak bertujuan menyemarakkan atau mengagungkan hari raya Natal. Apabila terdapat tujuan tersebut, maka hukumnya haram atau bahkan bisa mengakibatkan kekufuran bila sampai taraf mengagungkan sebagaimana mengagungkannya kalangan non-muslim terhadap hari raya mereka.

Sumber:

Syaifullah. (2022). Hukum Belanja saat Banyak Diskon di Hari Natal. jatim.nu.or.id

Pembangunan Masjid Jami’ Minangkabau: Penyaluran Wakaf Bisa melalui ArahMuslim

Minangkabau, 8 Desember 2023 – ArahMuslim, sebagai salah satu startup Nusatek berbasis aplikasi ibadah terlengkap di Indonesia, turut berpartisipasi dalam pembangunan masjid, salah satunya adalah Masjid Jami’ Minangkabau. Pembangunan masjid ini dimulai dengan prosesi peletakan batu pertama, yang menandai langkah awal dalam mewujudkan keindahan arsitektur Minangkabau dalam rumah ibadah.

Masjid ini tak akan hanya menjadi simbol keagamaan, namun juga pusat kegiatan sosial & pendidikan bagi masyarakat. Dengan desain yang menggabungkan estetika tradisional Minangkabau & fasilitas modern, masjid ini diharapkan menjadi landmark baru yang menampakkan nilai-nilai keislaman & kebudayaan setempat.

ArahMuslim membuka jalan kebaikan bagi para Sahabat Muslim untuk berpartisipasi dalam pembangunan Masjid ini, Sahabat Muslim dapat dengan mudah menyalurkan Wakaf untuk mendukung proyek mulia ini. Setiap rezeki yang diberikan, secara langsung InsyaAllah berkontribusi pada kemajuan pembangunan masjid serta membantu mewujudkan visi masjid yang inspiratif.

Mari, wujudkan semangat gotong royong & kebersamaan Umat Muslim dalam tindakan nyata untuk kemaslahatan bersama. Untuk informasi lebih lanjut atau mewakafkan harta, silahkan Download Aplikasi ArahMuslim melalui Google Play Store atau Apple Store. Satu langkah kecil untuk masjid, satu lompatan besar untuk Umat Islam!

5 Penyebab Sempitnya Rezeki Seseorang

Rezeki dalam Islam merujuk pada segala yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk makanan, minuman, pakaian, harta, kesehatan, dan kehidupan itu sendiri. 

Islam mengajarkan pentingnya usaha, doa, dan tawakal (percaya sepenuhnya kepada Allah) dalam memperoleh rezeki. Selain itu, Islam menekankan kepemilikan sosial dan mengajarkan umatnya untuk berbagi rezeki dengan orang lain. 

Keyakinan akan keadilan Allah dan penghargaan serta syukur atas segala rezeki adalah aspek penting dari keimanan Islam. Rezeki juga mencakup hal-hal non-materi seperti ilmu dan kesehatan. Dengan memahami makna dan nilai rezeki, umat Muslim diharapkan untuk hidup dengan kesyukuran, tawakal, dan kepedulian sosial.

Akan tetapi, di sisi lain tidak sedikit orang yang mengalami rezekinya terhambat. Rezeki yang diusahakan sulit untuk didapatkan dan terhalang oleh sesuatu, padahal orang tersebut telah bekerja keras.

Lantas, apa penyebab sempitnya rezeki? Simak penjelasannya pada artikel ini, ya!

Baca Juga:

Hukum Pinjaman Online dalam Islam

Penyebab Sempitnya Rezeki Seseorang

Dalam Islam, sempitnya rezeki dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor atau penyebab. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempersempit rezeki seseorang dalam perspektif Islam, antara lain:

1. Ketidakpatuhan terhadap Hukum-Hukum Allah

Jika seseorang melanggar hukum-hukum dan aturan-aturan Islam, rezeki mereka dapat menyusut. Misalnya, jika seseorang terlibat dalam riba atau memakan harta yang diperoleh secara haram, hal ini dapat mengakibatkan sempitnya rezeki.

2. Kurangnya Ketaatan dan Taqwa

Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT adalah prinsip penting dalam Islam. Jika seseorang kurang dalam hal ini, maka rezeki mereka dapat terhambat.

3. Kurangnya Bersyukur

Islam mengajarkan pentingnya bersyukur atas segala rezeki yang diberikan. Jika seseorang tidak bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah SWT, maka hal ini dapat menyebabkan sempitnya rezeki.

4. Boros dan Mubazir

Menghambur-hamburkan harta atau menggunakan uang dengan cara yang tidak bijak dan membuang-buang sumber daya adalah tindakan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Hal ini dapat mengakibatkan sempitnya rezeki.

5. Sikap Dengki dan Iri Hati

Sikap iri hati terhadap keberhasilan dan rezeki orang lain dapat mengganggu rezeki seseorang sendiri. Islam mengajarkan pentingnya mencegah dan mengendalikan perasaan dengki.

6. Mengabaikan Hak Orang Lain

Tidak memenuhi hak-hak orang lain atau melakukan kecurangan dalam urusan keuangan dapat mengakibatkan sempitnya rezeki. Islam mengajarkan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam urusan keuangan.

7. Kurangnya Usaha dan Kerja Keras

Islam mengajarkan pentingnya usaha dan kerja keras untuk memperoleh rezeki. Jika seseorang malas atau tidak mau berusaha, maka rezeki mereka dapat terbatas.

Baca Juga:

Dampak Riba di Dunia-Akhirat

8. Ketidaksabaran dan Keputusasaan

Ketidaksabaran dan keputusasaan dapat menghambat rezeki seseorang. Islam mengajarkan pentingnya sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan atau kesulitan.

9. Tidak Menunaikan Kewajiban Agama

Menunaikan kewajiban agama seperti shalat, zakat, dan ibadah lainnya adalah penting dalam Islam. Jika seseorang tidak memenuhi kewajiban-kewajiban ini, maka hal ini dapat mempersempit rezeki mereka.

10. Kurangnya Niat Baik

Niat dan tujuan yang baik dalam penggunaan rezeki juga penting dalam Islam. Jika seseorang menggunakan rezeki mereka dengan niat yang buruk atau untuk tujuan yang tidak baik, hal ini dapat mempengaruhi rezeki mereka.

Dalam Islam, penting untuk memahami bahwa rezeki adalah ujian dari Allah SWT dan seseorang harus selalu berusaha untuk memperolehnya dengan cara yang halal dan memanfaatkannya dengan bijak dan bertanggung jawab. Tindakan-tindakan yang melanggar prinsip-prinsip agama dan etika Islam dapat mengakibatkan sempitnya rezeki.

Sumber:

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6973712/5-penyebab-sempitnya-rezeki-seseorang-salah-satunya-tidak-pernah-merasa-cukup/amp