Mengenal Hari Tasyrik: Waktu, Larangan, dan Amalan Sunnah

Momen setelah Iduladha sering kali menjadi waktu yang penuh berkah, di mana Sahabat Muslim dianjurkan memperbanyak amal saleh. Salah satu amalan istimewa di hari-hari tersebut adalah memperbanyak takbir, dzikir, dan berbagai ibadah sunnah lainnya sebagai bentuk syukur atas limpahan nikmat dari Allah SWT.

Namun, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, mulai dari larangan hingga amalan sunnah yang dianjurkan. Agar ibadah semakin maksimal, yuk simak penjelasan lengkap seputar waktu, larangan, dan amalan yang bisa dilakukan di Hari Tasyrik!

Ringkasan

  • Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah Iduladha yang dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan takbir sebagai wujud syukur kepada Allah SWT.
  • Umat Islam dilarang berpuasa selama Hari Tasyrik, agar dapat menikmati rezeki daging kurban, kecuali bagi jamaah haji yang tidak mampu berkurban.
  • Amalan Hari Tasyrik yang dianjurkan meliputi memperbanyak takbir, dzikir (tahlil dan tahmid), serta membaca doa kebaikan dunia dan akhirat.

Apa itu Hari Tasyrik?

Sumber Gambar: Freepik.com

Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah Iduladha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah. Dalam Islam, Hari Tasyrik dikenal sebagai hari yang agung. Tasyrik atau tasyriq berasal dari bahasa Arab, dari kata “syarraqa” yang berarti terbitnya matahari atau proses menjemur sesuatu.

Rasulullah SAW bersabda, “Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah hari Iduladha dan yaumul qorr (Hari Tasyrik),” (HR. Abu Daud). Maka, Sahabat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah saat waktu Hari Tasyrik, khususnya zikir dan takbir, sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. 

Apa Larangan Selama Hari Tasyrik?

Selama Hari Tasyrik, umat Muslim dilarang menjalankan puasa, baik puasa sunnah maupun wajib. Larangan ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Hari-hari Mina (Hari Tasyrik) adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah” (HR. Muslim). Hikmah dari larangan Hari Tasyrik adalah agar Sahabat Muslim bisa menikmati rezeki daging kurban yang telah Allah limpahkan.

Selain itu, pada hari-hari tersebut juga masih dibolehkan untuk menyembelih hewan kurban. Daging kurban akan terus disalurkan kepada yang berhak menerimanya, seperti fakir miskin, tetangga, atau pequrban sendiri. Namun ada pengecualian untuk puasa, yaitu bagi jamaah haji yang tidak mendapatkan hewan kurban.

Apa Saja Amalan yang Dianjurkan di Hari Tasyrik?

Sumber Gambar: Freepik.com

Hari Tasyrik bukan sekadar momen untuk menikmati hidangan daging kurban, tetapi juga menjadi waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak amalan kebaikan. Ada beberapa amalan yang bisa dilakukan agar Hari Tasyrik semakin bermakna, yaitu:

Mengumandangkan Takbir Secara Rutin

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas RA menafsirkan perintah dzikir dalam QS. Al-Baqarah ayat 203 sebagai anjuran bertakbir di hari tasyrik. Sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah RA juga rutin bertakbir di pasar, lalu diikuti oleh orang-orang lainnya. Bahkan Muhammad bin Ali bertakbir setelah salat sunnah. (HR. Bukhari).

Memperbanyak Dzikir

Salah satu amalan Hari Tasyrik adalah memperbanyak dzikir. Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan tambahan riwayat dari Ibnu Umar, yang menganjurkan memperbanyak bacaan tahlil, tahmid, dan takbir di hari tasyrik. (Al-Asqalani, Fathul Bari).

Membaca Doa Kebaikan Dunia dan Akhirat

Di Hari tasyrik, umat Muslim dianjurkan membaca doa kebaikan dunia dan akhirat yang dikenal sebagai Doa Sapu Jagat, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 200-201. Doa ini menjadi pengingat untuk selalu memohon kebaikan hidup di dunia sekaligus di akhirat.

Kesimpulan

Jadwal Hari Tasyrik merupakan momen penting setelah Iduladha yang dipenuhi dengan anjuran untuk memperbanyak dzikir, takbir, serta menikmati hidangan kurban sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT. Sahabat Muslim juga dianjurkan memperbanyak doa, termasuk membaca doa sapu jagat untuk memohon kebaikan dunia dan akhirat.

Dengan memahami waktu, larangan, dan amalan sunnah di Hari Tasyrik, kita bisa memanfaatkan momen ini untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempererat tali silaturahmi antar sesama.

Referensi:

https://www.detik.com/bali/berita/d-7944706/apa-itu-hari-tasyrik-ini-jadwal-larangan-dan-amalan-yang-dianjurkan

https://www.rumahzakat.org/catat-inilah-larangan-di-hari-tasyrik-yang-perlu-diketahui

FAQ

Pada Hari Tasyrik, jemaah haji melakukan lontar jumrah, dan bagi yang memilih nafar awal, wajib meninggalkan Mina setelah melontar jumrah pada 11 dan 12 Dzulhijjah.

Menjelang Iduladha dan selama Idulfitri serta Hari Tasyrik, umat Islam dianjurkan bertakbir, sementara salat Iduladha dilaksanakan setelah matahari terbit hingga sebelum Zuhur.

Tasyrik disebut demikian karena pada masa Rasulullah SAW, umat Islam menjemur daging kurban untuk dijadikan dendeng, mengingat belum adanya teknologi pendingin.

Doa Menerima Daging Kurban di Hari Raya Iduladha Sesuai Sunnah

Hari Raya Idul Adha bukan hanya tentang berbagi daging kurban, tetapi juga momen untuk memperkuat keimanan dan memperbanyak doa. Saat menerima daging kurban, Sahabat Muslim dianjurkan untuk mengucapkan doa sebagai bentuk rasa syukur sekaligus memohon keberkahan atas nikmat yang diberikan. 

Mengamalkan doa saat menerima daging kurban merupakan bagian dari sunnah yang bisa mendatangkan pahala serta mempererat silaturahmi. Yuk, simak artikel ini hingga selesai untuk mengetahui bacaan doa menerima daging kurban yang sesuai sunnah serta makna di baliknya.

Ringkasan

  • Doa meminta berkah dari Allah dapat diamalkan saat menerima daging kurban, sebagai bentuk permohonan berkah dan ampunan bagi pemberi.
  • Rasulullah SAW juga mengajarkan doa mendoakan sesama sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kepada orang yang memberi makanan.
  • Doa syukur diucapkan untuk menunjukkan penghargaan atas rezeki yang datang secara tak terduga, sekaligus memohon keberkahan dari Allah SWT.

Doa Meminta Berkah dari Allah

Doa ini dibaca untuk memohon berkah dan ampunan bagi orang yang memberi daging kurban:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيمَا رَزَقْتَهُمْ وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ

Latin: Allahumma baarik lahum fiima razaqtahum, waghfirlahum, warhamhum

Artinya: “Ya Allah, berkahilah rezeki mereka, ampunilah dan sayangilah mereka.”

Doa ini diajarkan oleh Rasulullah SAW saat menerima makanan, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim.

Doa Mendoakan Sesama

Doa ini merupakan ungkapan terima kasih bagi yang memberi makanan dari daging kurban:

اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي وَاسْقِ مَنْ سَقَانِي

Latin: Allahumma ath’im man ath’amanii wasqi man saqaanii

Artinya: “Ya Allah, berilah makan dan minum kepada orang yang telah memberiku makan dan minum.”

Doa ini menunjukkan adab Rasulullah SAW dalam menghargai pemberian orang lain.

Doa Ungkapan Rasa Syukur

Doa ini diucapkan sebagai wujud syukur atas nikmat yang datang tanpa diduga:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَزَقَنِي هَذَا مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ، اللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ

Latin: Alhamdulillaahil-ladzii razaqanii haadzaa min ghairi haulin minnii wa laa quwwah, Allaahumma baarik lii fiihi

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang memberi rezeki ini tanpa daya dan upayaku. Ya Allah, berkahilah rezeki ini.”

Kesimpulan

Menerima daging kurban di Hari Raya Iduladha bukan hanya tentang mendapatkan makanan, tetapi juga momentum untuk memperkuat rasa syukur, mendoakan kebaikan bagi sesama, dan meneladani sunnah Rasulullah SAW. 

Dengan mengamalkan doa-doa yang diajarkan, kita dapat menjaga adab serta mempererat ikatan sosial dan spiritual di momen penuh berkah ini. Mari amalkan doa-doa tersebut sebagai bagian dari ibadah di Hari Raya Idul Adha.

Referensi:

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7952525/doa-menerima-daging-kurban-bisa-diamalkan-sebagai-bentuk-syukur

https://rri.co.id/nasional/1567105/doa-menerima-daging-kurban-iduladha-1446-h

FAQ

Tiga golongan yang berhak menerima daging kurban adalah orang yang berkurban (shohibul qurban), kerabat atau tetangga meski tidak miskin, serta fakir miskin.

Dalam ibadah kurban, penerima daging dilarang menjual, menjadikannya upah, atau mengutamakan konsumsi pribadi.

Rasulullah SAW membagi daging kurban menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga untuk keluarganya, sepertiga untuk tetangga yang kurang mampu, dan sepertiga lagi diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

3 Jenis Puasa Sunnah Sebelum Iduladha dan Cara Melafalkan Niatnya

Puasa sebelum Idul Adha merupakan ibadah yang sangat terpuji jika dijalankan. Puasa ini dilakukan selama 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Menyambut hari raya Iduladha, Sahabat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal dan ibadah, salah satunya dengan berpuasa sunnah. 

Oleh karena itu, Sahabat Muslim dapat simak artikel ini untuk mengetahui apa saja keutamaan puasa sebelum Iduladha yang harus dijalankan di bulan Dzulhijjah.

Ringkasan

  • Puasa Dzulhijjah dianjurkan selama tujuh hari pertama bulan Dzulhijjah sebagai bentuk ibadah yang sangat dicintai Allah.
  • Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dinilai bernilai seperti puasa setahun, meskipun tidak ada hadis shahih, tetap dianjurkan sebagai amal saleh.
  • Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) sangat dianjurkan bagi yang tidak berhaji karena dapat menghapus dosa dua tahun.

Apa Saja Jenis Puasa Sebelum Iduladha?

Menjelang Iduladha, banyak umat Islam yang memperbanyak ibadah dengan menjalankan puasa sunnah sebagai bentuk persiapan spiritual. Berikut adalah beberapa jenis dan niat puasa sebelum Iduladha dan tata caranya yang perlu Sahabat Muslim ketahui:

Puasa Dzulhijjah

Puasa pertama dilakukan selama tujuh hari pertama di bulan Zulhijah. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan besar di sisi Allah SWT. 

Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada hari yang lebih mulia dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allah selain sepuluh hari tersebut (HR. Ahmad).

Niat puasa Dzulhijjah:

Nawaitu shauma syahri dzulhijjah sunnatan lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah Ta’ala.”

Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Meskipun tidak ada hadis shahih khusus, puasa ini dianjurkan sebagai amal baik di awal Dzulhijjah.

Keutamaan puasa Tarwiyah disebut dalam sebuah riwayat, di mana setiap hari dari sepuluh hari Dzulhijjah seperti puasa sebulan, puasa Tarwiyah seperti puasa setahun, dan puasa Arafah seperti puasa dua tahun (HR. Ali Al-Muairi dkk.).

Niat puasa Tarwiyah

Nawaitu sawma tarwiyyata sunnatan lillahi ta’ala.

Artinya: “Saya niat puasa sunah Tarwiyah hari ini karena Allah Ta’ala.”

Puasa Arafah

Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah sangat dianjurkan bagi yang tidak berhaji. Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa ini menghapus dosa dua tahun, tahun lalu dan yang akan datang.

Niat puasa Arafah

Nawaitu sawma ‘Arafata sunnata Allahi taala.

Artinya: “Saya niat puasa sunah Arafah hari ini karena Allah Ta’ala.”

Kesimpulan

Puasa sunnah sebelum Iduladha, yakni puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah adalah amalan istimewa yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ketiganya termasuk dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah yang memiliki keutamaan luar biasa. 

Dengan memahami keutamaan dan tata cara melafalkan niat masing-masing puasa, Sahabat Muslim dapat menjalankannya dengan lebih maksimal dan penuh kesadaran. Puasa ini tidak hanya memperkuat hubungan dengan Allah SWT, tetapi juga menjadi bentuk kesiapan spiritual menyambut Iduladha dengan hati yang bersih dan penuh ketakwaan.

Referensi:

https://www.metrotvnews.com/read/KYVC4yDP-3-jenis-puasa-sunah-menjelang-iduladha-yang-penuh-keutamaan#:~:text=Puasa%20Arafah%20dilaksanakan%20pada%20tanggal,dan%20tahun%20yang%20akan%20datang.%22

https://www.detik.com/jatim/berita/d-7903959/3-jenis-puasa-sebelum-idul-adha-lengkap-dengan-niatnya

FAQ

Tidak ada larangan untuk melaksanakan puasa Arafah meskipun tidak menjalankan puasa Tarwiyah sebelumnya.

Kamu tetap bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak dzikir, shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, bershalawat kepada Nabi SAW, dan bersedekah.

10 hari awal bulan Dzulhijjah adalah momen istimewa untuk memperbanyak doa, memohon ampunan, dan melaksanakan ibadah haji.

Membedah Hukum Vasektomi dalam Islam Sesuai Perspektif MUI

Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi yang dilakukan pada pria dengan cara memutus saluran sperma agar tidak terjadi pembuahan. Meski dikenal efektif sebagai pengendalian kelahiran, prosedur ini sering menimbulkan perdebatan, terutama dalam konteks hukum agama. 

Dalam Islam, segala bentuk intervensi terhadap fungsi reproduksi manusia memiliki batasan yang diatur syariat. Oleh karena itu, Sahabat Muslim penting untuk memahami hukum vasektomi dan syaratnya dalam Islam di artikel berikut ini.

Apa Hukum Vasektomi dalam Islam?

Komisi Fatwa MUI menyatakan bahwa vasektomi hukumnya haram jika bertujuan untuk pemandulan permanen. Hal ini ditegaskan dalam Ijtima Ulama tahun 2012, yang menyebutkan bahwa prosedur ini hanya dibolehkan jika ada alasan syar’i, seperti kondisi medis tertentu.

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Abdul Muiz Ali, menjelaskan bahwa hukum vasektomi mempertimbangkan syariat, kaidah fikih, dan perkembangan medis. Jika teknologi memungkinkan penyambungan kembali saluran sperma (rekanalisasi), maka hukum bisa berubah dengan syarat-syarat tertentu.

Baca Juga: Keistimewaan Sosok Ayah dalam Islam

Apa Saja Syarat-syarat Melakukan Vasektomi Menurut Islam?

Vasektomi sebagai metode kontrasepsi pria masih menjadi perbincangan dalam hukum Islam. Meskipun umumnya dihukumi haram, ada kondisi tertentu yang membuatnya diperbolehkan. Berikut adalah syarat-syarat melakukan vasektomi menurut Islam:

  • Prosedur tidak menyebabkan kemandulan secara permanen.
  • Terdapat kemungkinan medis untuk mengembalikan fungsi saluran sperma.
  • Efek samping yang ditimbulkan tidak membahayakan keselamatan jiwa pasien.
  • Prosedur tidak mengakibatkan hilangnya kemampuan reproduksi secara total.
  • Tidak membawa dampak negatif (mudharat) terhadap kesehatan pelaku.
  • Tidak dilakukan dalam rangka program kontrasepsi permanen.

Referensi:

https://mui.or.id/baca/berita/polemik-vasektomi-jadi-syarat-bansos-apa-hukumnya-menurut-islam-ini-penjelasan-mui

https://www.idntimes.com/life/inspiration/nisa-zarawaki/hukum-vasektomi-dalam-islam?page=all